A. Latar
Belakang
Islam adalah Agama yang hadir di muka bumi ini untuk menyampaikan
ajaran-ajaran tentang kemanusiaan dan keadilan bagi seluruh umat manusia. Tidak
bisa dipungkiri, nilai-nilai humanisme universal memang menjadi pesan umum dari
seluruh agama di dunia. Hanya saja, dalam Islam, kita dapat menemukan contoh
praktisnya dalam kehidupan Rasulullah di seluruh dimensi kehidupan, dari
tingkat individu hingga level negara.
Keesaan Tuhan dan kemanusiaan merupakan
dua hal yang tak bisa dipisahkan. Kemanusiaan dalam Islam jauh sangat berakar
dalam tradisi Islam seperti tercermin dalam fikih, tasawuf, dan akhlak.
Perintah Allah agar manusia menghargai kemanusiaannya sangat terlihat dari
perilaku Rasulullah SAW dalam keseharian beliau. Kita juga perlu menilik
kembali tugas kita sebagai hamba Allah yang di percayakan untuk menjadi
khalifah di muka bumi ini, dengan cara berusaha mencontoh semua perilaku
Rasulullah SAW serta memahami dengan sebenar-benarnya kedudukan kita serta
makhluk Allah yang lain di bumi ini.
B.
Rumusan Masalah
1.Apa Pengertian Islam Dan Kemanusiaan?
2.Apa Saja Kedudukan Manusia Di Dunia?
3.Apa Saja Tugas Manusia Di Dunia ?
1.Apa Pengertian Islam Dan Kemanusiaan?
2.Apa Saja Kedudukan Manusia Di Dunia?
3.Apa Saja Tugas Manusia Di Dunia ?
C. Manfaat Dan Tujuan
1. Untuk
Mengetahui Pengertian Islam Dan Kemanusiaan.
2. Untuk
Mengetahui Kedudukan Manusia Di Didunia.
3. Untuk
Mengetahui Tugas-Tugas Manusia Di Dunia.
BAB
II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian Islam Dan Kemanusiaan
1.
Pengertian islam
Ada dua
sisi yang dapat kita gunakan untuk memahami pengertian agama Islam, yaitu sisi kebahasaan
dan sisi peristilahan. Kedua sisi pengertian tentang ini dapat dijelaskan
sebagai berikut.
Dari segi
kebahasaan Islam berasal dari bahasa Arab, yaitu dari kata salima yang
mengandung arti selamat, sentosa, dan damai. Dari kata salima selanjutnya
diubah menjadi bentuk aslama yang berarti berserah diri masuk dalam
kedamaian.
Senada
dengan pendapat di atas, sumber lain mengatakan bahwa Islam berasal dari bahasa
Arab, terambil dari kata salima yang berarti selamat sentosa. Dari asal kata
itu dibentuk kata aslama yang artinya memelihara dalam keadaan selamat
sentosa dan berarti pula menyerahkan diri, tunduk, patuh, dan taat. Kata aslama
itulah yang menjadi kata Islam yang mengandung arti segala arti yang terkandung
dalam arti pokoknya. Oleh sebab itu, orang yang berserah diri, patuh, dan taat
disebut sebagai orang Muslim. Orang yang demikian berarti telah menyatakan
dirinya taat, menyerahkan diri, dan patuh kepada Allah Swt. Orang tersebut
selanjutnya akan dijamin keselamatannya di dunia dan akhirat.
Adapun
pengertian Islam dari segi istilah akan kita dapati rumusan yang berbeda-beda.
Harun Nasution berpendapat bahwa Islam adalah agama yang ajaran-ajarannya
diwahyukan Tuhan kepada masyarakat manusia melalui Nabi Muhammad Saw. sebagai
Rasul. Islam pada hakikatnya membawa ajaran-ajaran yang bukan hanya mengenal
satu segi, tetapi mengenai berbagai segi dari kehidupan manusia.[1]
2.
Pengertian kemanusiaan
Kemanusiaan
merupakan sifat yang melekat pada diri manusia itu sendiri.Pengertian manusia
menurut ilmu sosiologi adalah bagian dari masyarakat yang dibedakan menjadi
dua, yaitu manusia sebagai makluk individu dan manusia sebagai makluk sosial
yang melakukan interaksi dalam kehidupanya.
Manusia sebagai
makhluk individu memiliki unsur jasmani dan rohani, unsur fisik dan psikis,
unsur raga dan jiwa. Seseorang dikatakan sebagai manusia individu manakala
unsur-unsur tersebut menyatu dalam dirinya. Jika unsur tersebut sudah tidak
menyatu lagi maka seseorang tidak disebut sebagai individu. Dalam diri individu
ada unsur jasmani dan rohaninya, atau ada unsur fisik dan psikisnya, atau ada
unsur raga dan jiwanya.
Menurut
kodratnya manusia adalah makhluk sosial atau makhluk bermasyarakat, selain itu
juga diberikan yang berupa akal pikiran yang berkembang serta dapat
dikembangkan. Dalam hubungannya dengan manusia sebagai makhluk sosial, manusia
selalu hidup bersama dengan manusia lainnya. Dorongan masyarakat yang dibina
sejak lahir akan selalu menampakan dirinya dalam berbagai bentuk, karena itu dengan
sendirinya manusia akan selalu bermasyarakat dalam kehidupannya. Manusia
dikatakan sebagai makhluk sosial, juga karena pada diri manusia ada dorongan
dan kebutuhan untuk berhubungan (interaksi) dengan orang lain, manusia juga
tidak akan bisa hidup sebagai manusia kalau tidak hidup di tengah-tengah
manusia.
Kemanuisaan adalah implementasi dari memahami sifat
psikologi, biologis, dan sosiologi manusia. yang menjadikan kita mengerti arti
dasar manusia. dengan segala kebutuhan sebagai manusia dan pengabdian yang bisa
di berikan pada sesama manusia. dan pada akhirnya menjadikan manusia yang
benar-benar manusia dan bisa bersikap terhadap sesama manusia secara
manusiawi,.[2]
B.
Kedudukan Manusia Di Dunia
Dalam
berbagai literatur yang membahas mengenai kedudukan manusia dalam alam semesta
ini selalu dihubungkan dengan konsep kekhalifahan manusia di muka bumi dan
konsep ibadah. Quraish Shihab dalam bukunnya Membumikan Al-Qur’an, misalnya telah membahas masalah
kekhalifahan ini. Menurut hasil penelitiannya, bahwa di dalam Al-Qur’an
terdapat kata khalifah ini. Menurut hasil penelitiannya, bahwa di dalam Al-Qur’an
terdapat kata khalifah dalam bentuk tunggal sebanyak dua kali, yaitu dalam
surat al-Baqarah ayat 30
dan shad ayat 26; dan
dapat bentuk plural (jamak), yaitu khala’if
dan khulafa’
yang masing-masing diulang sebanyak empat tiga kali. Qs.al-An’am, 6:165; Yunus,
10:14, 73; Fathir, 35:39;
al-‘Araf, 7:69, 74 dan al-Naml, 27:62.
Keseluruhan
kata tersebut menurutnya berakar dengan kata Khulafa yang mulannya berarti di
belakang. Dari sini, kata khalifah sering kali diartikan sebagai pengganti (karena
yang menggantikan selalu berada atau datang di belakang, sesudah yang digantikannya).
Dalam
uraian selanjutnya Quraish Shihab menguraikan segi penggunaan istilah-istilah
tersebut. Dengan mengacu kepada ayat-ayat Al-Qur’an Quraish Shihab berpendapat
bahwa kekhalifahan yang telah dianugerahkan bertalian dengan kekuasaan mengolah
wilayah tertentu. Hal ini di perolahnya berkat anugrah ilahi yang mengajarkan
kepada al-hikmah dan pengetahuan. istilah kekhalifahan yang dikaitkan dengan
upaya Tuhan yang mengajarkan al-Hikmah dan ilmu pengetahuan sebagaimana
disebutkan itu memberikan petunjuk yang jelas tentang adannya kaitan yang erat
antara pelaksanaan fungsi kekhalifahan dengan pendidikan dan pengajaran.
Selanjutnnya
menurut Quraish Shihab makna pengolahan wilayah tertentu atau berkaitan dengan
politik yang menggunakan bentuk khulafa sehingga pada akhirnya kita berkata
bahwa sejumlah orang yang tidak memiliki kekuasaan politik dinamai Al-Qur’an
Khalaif, tanpa menggunakan bentuk tunggal kata khalifah.
Selanjutnya
jika diamati dengan seksama, nampak bahwa istilah khalifah dalam bentuk mufrad
(tunggal) yang berarti penguasa politik hanya digunakan untuk Nabi-nabi, yang
dalam hal ini Nabi Adam as. Dan tidak digunakan untuk manusia pada umumnya.
Sedangkan untuk manusia biasa digunakan istilah khala’if yang di dalamnya
mempunyai arti yang lebih luas, yaitu bukan hanya sebagai penguasa politik tapi
juga penguasa dalam berbagai bidang kehidupan. Pendapat lain mengenai kedudukan
manusia dalam alam ini menggunakan istilah khala’if dari pada khalifah. Namun
demikian yang terjadi dalam penggunaan umum adalah manusia sebagai khalifah di
muka bumi karena dalam istilah khala’if sudah terkandung dalam istilah khalifah
dan berfungsi menggantikan orang lain dan menempati kedudukannya dalam kepemimpinan
atau kekuasaan seperti yang telah di tegaskan dalam arti ayat-ayat di bawah ini:
“Dan dialah yang menjadikan kamu penguasa-penguasa
di bumi dan diameninggikan sebagian kamu atas sebagian (yang lain) beberapa
derajat.....(QS.al-An’am, 6:165)”.
“Dialah yang menjadikan kamu khalifah di muka bumi.
Barang siapa yang kafir, maka (akibat) kekafirannya menimpa dirinya sendiri.
(Qs.Fathir,35:39)”.
Kedudukan
lainnya manusia di alam ini yang sering diangkat oleh para pakar adalah sebagai
hamba yang harus beribadah kepada Allah. Hal ini biasannya di dasarkan para
petunjuk ayat yang artinnya:
“Tidaklah Aku menciptakan jin dan manusia kecuali
agar mereka menyembah (ibadah) kepada-Ku (Qs.al-Dzariyyat,51;56)”.
Pengertian
ibadah dalam ayat ini adalah merupakan pengembangan fitrah itu
setinggi-tingginya, oleh aliran kemanusiaan disebut perwujudan diri (Self
actualization). Penjelasan ini erat dengan kaitannya pelaksanaan fungsi
kekhalifahan sebagaimana telah diuraikan di atas. Dengan ungkapan lain bahwa
pelaksanaan ibadah itu pada hakikatnnya adalah dalam rangka melaksanakan fungsi
kekhalifahan sebagaimana telah di sebutkan di atas.
Sementara
itu Musa Asy’ari mengatakan bahwa esensi ‘abd adalah ketaatan, ketundukan, dan
kepatuhan semuannya itu hanya layak di berikan pada tuhan. Ketundukan dan
ketaatan pada kodrat alamiah yang senantiasa berlaku baginnya. Ia terikat oleh
hukum-hukum tuhan yang menjadi kodrat pada setiap penciptaannya. kedudukan
manusia dalam alam semesta ini selalu dihubungkan dengan konsep kekhalifahan
manusia di muka bumi dan konsep ibadah. Akan tetapi manusia tidak terikat sepenuhnnya
oleh hukum alamiah-alamiah saja, karena sebagai makhluk yang baru yang di
perlukan bagi kehidupannya.
Jika
pengertian ibadah ini di hubungkan dengan pengertian khalifah sebagaimana diuraikan sebelumnnya dapat di peroleh
pemahaman yaitu bahwa khalifah adalah pengganti yang memegang kepemimpina dan
kekuasaan yang ada.
Sebagai
seorang pemimpin dan penguasa, ia mempunyai wewenang untuk menentukan pilihan
dan bebas untuk menggunakan akalnnya, sedangakan ‘abd adalah seorang yang telah
kehilangan wewenang untuk menentukan pilihan dan kehilangan kebebasan untuk
berbuat. Esensi seorang khalifah adalah kebebasan dan kreatiitas, sedangkan
seorang ‘abd adalah ketaatan dan kepatuhan.[3]
C.
Tugas
Manusia Di Dunia
Di dalam Al-Quran, ada
tiga hal utama yang menjadi
tugas manusia diantaranya:
1. Menjadi khalifah Allah
Sebelum
manusia diciptakan pada Al-Qur’an dijelaskan bahwa ada percakapan antara Allah
dengan malaikat mengenai penciptaan manusia. Pada
surat Al-Baqarah ayat 30 telah dijelaskan ayat yang artinya seperti berikut:
”Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman pada para malaikat:
”Sesungguhnya Aku hendak menciptakan khalifah dibumi. Mereka (malaikat)
menjawab berkata :”Mengapa engkau hendak menjadikan khalifah dibumi itu orang
yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami
(malaikat) senantiasa bertasbih dengan memuji engkau dan mensucikan
engkau? Allah berfirman : “Sesungguhnya allah mengetahui apa yang sedang kamu
ketahui”.
Pada
ayat tersebut, Allah merencanakan menciptakan manusia sebagai khalifah di bumi
didalam ayat tersebut ada sedikit perdebatan antara malaikat dengan Allah yaitu
menurut malaikat manusia diciptakan di bumi memang sebagai khalifa namun juga
bisa membuat pertumpahan darah dan tidak bisa menjaga mandat sebagai khalifa di
bumi. Namun Allah menjawab dengan tegas bahwa allah mengetahui apa yang tidak
diketahui oleh malaikat yaitu rencana Allah terhadap penciptaan manusia, kemudian
Allah menjelaskan bahwa manusia bisa menjadi khalifah di bumi karena manusia
akan diberi akal sehingga manusia dapat memiliki kemampuan dan keterampilan.
Sehingga
sebagai khalifatullah, manusia diberi fungsi sangat besar, karena Allah Maha
besar maka manusia sebagai wakil Nya di muka bumi diberi tangung jawab
pengelolaan alam semesta untuk kesejahteraan ummat manusia, karena alam semesta
memang diciptakan Tuhan untuk manusia.
2.
Menyembah
Allah
Sebagai
hamba Alah, manusia adalah kecil dan tak memiliki kekuasaan, oleh karena itu
tugasnya hanya menyembah kepada Nya dan berpasrah diri kepada Nya. Allah tidak
menciptakan manusia kecuali untuk mengabdi kepadanya. Mengabdi dalam bentuk
apa? Ibadah dengan menjalankan perintahnya dan menjauhi larangannya seperti
tercantum dalam Al-Qur’an. Seperti dalam surat Al-Bayyinah ayat 5 yang artinya:
”Padahal
mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan
kepada Allah dalam menjalankan agama yang lurus,dan supaya mereka mendirikan
shalat,dan menunaikan zakat, dan yang demikian itulah agama yang lurus”.(Q.S Al
Bayyinah :5)
Perintah
ataupun tugas yang diberikan oleh Allah kepada manusia dalam beribu-ribu macam
bentuk dimulai dari hal yang paling kecil menuju kepada hal yang paling besar
dengan berdasarkan dan berpegang kepada Al-Qur’an dan hadist didalam
menjalankannya. Begitupun sebaliknya dengan larangan-larangannya yang seakan
terimajinasi sangat indah dalam pikiran manusia namun sebenarnya balasan dari
itu adalah neraka yang sangat menyeramkan, sangat disayangkan bagi mereka yang
terjerumus kedalamnya.
Dalam
hadist shohih diungkapkan bahwa jalan menuju surga itu sangatlah susah
sedangkan menuju neraka itu sangatlah mudah.Dua
itu adalah pilihan bagi setiap manusia dari zaman dahulu hingga sekarang,semua
memilih dan berharap akan mendapatkan surga,namun masih banyak sekali
orang-orang yang mengingkari dengan perintah Allah bahkan mereka lebih tertarik
dan terbuai untuk mendekati,menjalankan larangan-larangannya. Sehingga mereka
bertolak belakang dari fitrahnya sebagai manusia hamba Allah yang ditugasi untuk
beribadah. Oleh karenanya,mereka tidak akan merasakan hidup bahagia di dunia
dan bahagia di akhirat.
3. Memakmurkan dan Memelihara Bumi
Dalam
rangka ikhtiar memakmurkan bumi manusia telah diberi modal dasar yang telah
melekat pada diri manusia di awal penciptaan nya.Yakni
beupa akal dan pikiran.Makadengan ada nya akal dan pikiran maka manusia dapat
melakukan penelitian dan mencari pengetahuan bagaimana mengelola semua amanah
yang di berikan Allah SWT.
Memelihara
di sini tidak hanya secara fisik saja.Tetapi segala yang ada di alam harus di
pelihara.Termasuk juga dalam memelihara akidah dan akhlak manusia itu sendiri
sebagai sumber daya manusia yang akan memanfaatkan alam.Karena itu meski dalam
konteks memelihara alam,namun secara praktek adalah dengan membina akidah adan akhlak.Kedua hal ini penting agar tetap terjadi
kesamaan dalam tujuan yang ditetapkan oleh Allah SWT.Keseragaman akhlak dan
akidah akan tetap menyatukan manusia dalam visi yang satu,yakni manusia sebagai
khalifah.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari segi kebahasaan Islam berasal
dari bahasa Arab, yaitu dari kata salima yang mengandung arti selamat,
sentosa, dan damai. Dari kata salima selanjutnya diubah menjadi bentuk aslama
yang berarti berserah diri masuk dalam kedamaian. Menurut istilah Islam adalah
agama yang ajaran-ajarannya diwahyukan Tuhan kepada masyarakat manusia melalui
Nabi Muhammad Saw. sebagai Rasul. Islam pada hakikatnya membawa ajaran-ajaran
yang bukan hanya mengenal satu segi, tetapi mengenai berbagai segi dari
kehidupan manusia. Kemanuisaan
adalah implementasi dari memahami sifat psikologi, biologis, dan sosiologi
manusia. yang menjadikan kita mengerti arti dasar manusia. dengan segala
kebutuhan sebagai manusia dan pengabdian yang bisa di berikan pada sesama
manusia. dan pada akhirnya menjadikan manusia yang benar-benar manusia dan bisa
bersikap terhadap kedudukan
manusia.
Dalam alam semesta ini selalu dihubungkan
dengan konsep kekhalifahan manusia di muka bumi dan konsep ibadah. sesama manusia secara manusiawi serta ketundukan dan ketaatan pada
kodrat alamiah yang senantiasa berlaku baginnya karena keterkaitanya oleh
hukum-hukum tuhan yang menjadi kodrat pada setiap penciptaannya.
Tugas-tugas
kholifah di dunia
1. Menjadi
khalifah
2. Allah
Menyembah Allah
3. Memakmurkan
dan Memelihara Bumi
B. Saran
Tiada gading yang tak
retak karena makalah ini sepenuhnya masih banyak kekurangannya dan kami
berharap pembaca dapat memberi kami masukan untuk lebih baik kedepannya .
DAFTAR
PUSTAKA
1. Prof. Dr. H. Nata, Abuddin, M.A. Metodologi
Studi Islam Nasutin, Harun, Islam Ditinjau dari Berbagai Aspeknya
2. Drs. Hakim, Abd,
Atang., MA. Dr. Jaih Mubarok, Metodologi Studi Islam
3. Nata Abuddin.( 2001). Filsafat Pendidikan Islam,
PT.Logos Wacana Ilmu:Ciputat.
0 komentar:
Posting Komentar