Senin, 11 Desember 2017

Islam dan Kemanusiaan



A.      Latar Belakang
Islam adalah Agama yang hadir di muka bumi ini untuk menyampaikan ajaran-ajaran tentang kemanusiaan dan keadilan bagi seluruh umat manusia. Tidak bisa dipungkiri, nilai-nilai humanisme universal memang menjadi pesan umum dari seluruh agama di dunia. Hanya saja, dalam Islam, kita dapat menemukan contoh praktisnya dalam kehidupan Rasulullah di seluruh dimensi kehidupan, dari tingkat individu hingga level negara.

Keesaan Tuhan dan kemanusiaan merupakan dua hal yang tak bisa dipisahkan. Kemanusiaan dalam Islam jauh sangat berakar dalam tradisi Islam seperti tercermin dalam fikih, tasawuf, dan akhlak. Perintah Allah agar manusia menghargai kemanusiaannya sangat terlihat dari perilaku Rasulullah SAW dalam keseharian beliau. Kita juga perlu menilik kembali tugas kita sebagai hamba Allah yang di percayakan untuk menjadi khalifah di muka bumi ini, dengan cara berusaha mencontoh semua perilaku Rasulullah SAW serta memahami dengan sebenar-benarnya kedudukan kita serta makhluk Allah yang lain di bumi ini.

B.       Rumusan Masalah  
     1.Apa Pengertian Islam Dan Kemanusiaan? 
     2.Apa Saja Kedudukan Manusia Di Dunia? 
          3.Apa Saja Tugas Manusia Di Dunia ?

C.    Manfaat Dan Tujuan
1.      Untuk Mengetahui Pengertian Islam Dan Kemanusiaan.
2.      Untuk Mengetahui Kedudukan Manusia Di Didunia.
3.      Untuk Mengetahui Tugas-Tugas Manusia Di Dunia.



BAB II
PEMBAHASAN
A.      Pengertian Islam Dan Kemanusiaan
1.      Pengertian islam
Ada dua sisi yang dapat kita gunakan untuk memahami pengertian agama Islam, yaitu sisi kebahasaan dan sisi peristilahan. Kedua sisi pengertian tentang ini dapat dijelaskan sebagai berikut.
Dari segi kebahasaan Islam berasal dari bahasa Arab, yaitu dari kata salima yang mengandung arti selamat, sentosa, dan damai. Dari kata salima selanjutnya diubah menjadi bentuk aslama yang berarti berserah diri masuk dalam kedamaian.
Senada dengan pendapat di atas, sumber lain mengatakan bahwa Islam berasal dari bahasa Arab, terambil dari kata salima yang berarti selamat sentosa. Dari asal kata itu dibentuk kata aslama yang artinya memelihara dalam keadaan selamat sentosa dan berarti pula menyerahkan diri, tunduk, patuh, dan taat. Kata aslama itulah yang menjadi kata Islam yang mengandung arti segala arti yang terkandung dalam arti pokoknya. Oleh sebab itu, orang yang berserah diri, patuh, dan taat disebut sebagai orang Muslim. Orang yang demikian berarti telah menyatakan dirinya taat, menyerahkan diri, dan patuh kepada Allah Swt. Orang tersebut selanjutnya akan dijamin keselamatannya di dunia dan akhirat.
Adapun pengertian Islam dari segi istilah akan kita dapati rumusan yang berbeda-beda. Harun Nasution berpendapat bahwa Islam adalah agama yang ajaran-ajarannya diwahyukan Tuhan kepada masyarakat manusia melalui Nabi Muhammad Saw. sebagai Rasul. Islam pada hakikatnya membawa ajaran-ajaran yang bukan hanya mengenal satu segi, tetapi mengenai berbagai segi dari kehidupan manusia.[1]

2.      Pengertian kemanusiaan
Kemanusiaan merupakan sifat yang melekat pada diri manusia itu sendiri.Pengertian manusia menurut ilmu sosiologi adalah bagian dari masyarakat yang dibedakan menjadi dua, yaitu manusia sebagai makluk individu dan manusia sebagai makluk sosial yang melakukan interaksi dalam kehidupanya.
Manusia sebagai makhluk individu memiliki unsur jasmani dan rohani, unsur fisik dan psikis, unsur raga dan jiwa. Seseorang dikatakan sebagai manusia individu manakala unsur-unsur tersebut menyatu dalam dirinya. Jika unsur tersebut sudah tidak menyatu lagi maka seseorang tidak disebut sebagai individu. Dalam diri individu ada unsur jasmani dan rohaninya, atau ada unsur fisik dan psikisnya, atau ada unsur raga dan jiwanya.
Menurut kodratnya manusia adalah makhluk sosial atau makhluk bermasyarakat, selain itu juga diberikan yang berupa akal pikiran yang berkembang serta dapat dikembangkan. Dalam hubungannya dengan manusia sebagai makhluk sosial, manusia selalu hidup bersama dengan manusia lainnya. Dorongan masyarakat yang dibina sejak lahir akan selalu menampakan dirinya dalam berbagai bentuk, karena itu dengan sendirinya manusia akan selalu bermasyarakat dalam kehidupannya. Manusia dikatakan sebagai makhluk sosial, juga karena pada diri manusia ada dorongan dan kebutuhan untuk berhubungan (interaksi) dengan orang lain, manusia juga tidak akan bisa hidup sebagai manusia kalau tidak hidup di tengah-tengah manusia.
Kemanuisaan adalah implementasi dari memahami sifat psikologi, biologis, dan sosiologi manusia. yang menjadikan kita mengerti arti dasar manusia. dengan segala kebutuhan sebagai manusia dan pengabdian yang bisa di berikan pada sesama manusia. dan pada akhirnya menjadikan manusia yang benar-benar manusia dan bisa bersikap terhadap sesama manusia secara manusiawi,.[2]
B.       Kedudukan Manusia Di Dunia
Dalam berbagai literatur yang membahas mengenai kedudukan manusia dalam alam semesta ini selalu dihubungkan dengan konsep kekhalifahan manusia di muka bumi dan konsep ibadah. Quraish Shihab dalam bukunnya Membumikan Al-Qur’an, misalnya telah membahas masalah kekhalifahan ini. Menurut hasil penelitiannya, bahwa di dalam Al-Qur’an terdapat kata khalifah ini. Menurut hasil penelitiannya, bahwa di dalam Al-Qur’an terdapat kata khalifah dalam bentuk tunggal sebanyak dua kali, yaitu dalam surat al-Baqarah ayat 30 dan shad ayat 26; dan dapat bentuk plural (jamak), yaitu khala’if dan khulafa’ yang masing-masing diulang sebanyak empat tiga kali. Qs.al-An’am, 6:165; Yunus, 10:14, 73; Fathir, 35:39; al-‘Araf, 7:69, 74 dan al-Naml, 27:62.
Keseluruhan kata tersebut menurutnya berakar dengan kata Khulafa yang mulannya berarti di belakang. Dari sini, kata khalifah sering kali diartikan sebagai pengganti (karena yang menggantikan selalu berada atau datang di belakang, sesudah yang digantikannya).
Dalam uraian selanjutnya Quraish Shihab menguraikan segi penggunaan istilah-istilah tersebut. Dengan mengacu kepada ayat-ayat Al-Qur’an Quraish Shihab berpendapat bahwa kekhalifahan yang telah dianugerahkan bertalian dengan kekuasaan mengolah wilayah tertentu. Hal ini di perolahnya berkat anugrah ilahi yang mengajarkan kepada al-hikmah dan pengetahuan. istilah kekhalifahan yang dikaitkan dengan upaya Tuhan yang mengajarkan al-Hikmah dan ilmu pengetahuan sebagaimana disebutkan itu memberikan petunjuk yang jelas tentang adannya kaitan yang erat antara pelaksanaan fungsi kekhalifahan dengan pendidikan dan pengajaran.
Selanjutnnya menurut Quraish Shihab makna pengolahan wilayah tertentu atau berkaitan dengan politik yang menggunakan bentuk khulafa sehingga pada akhirnya kita berkata bahwa sejumlah orang yang tidak memiliki kekuasaan politik dinamai Al-Qur’an Khalaif, tanpa menggunakan bentuk tunggal kata khalifah.
Selanjutnya jika diamati dengan seksama, nampak bahwa istilah khalifah dalam bentuk mufrad (tunggal) yang berarti penguasa politik hanya digunakan untuk Nabi-nabi, yang dalam hal ini Nabi Adam as. Dan tidak digunakan untuk manusia pada umumnya. Sedangkan untuk manusia biasa digunakan istilah khala’if yang di dalamnya mempunyai arti yang lebih luas, yaitu bukan hanya sebagai penguasa politik tapi juga penguasa dalam berbagai bidang kehidupan. Pendapat lain mengenai kedudukan manusia dalam alam ini menggunakan  istilah khala’if dari pada khalifah. Namun demikian yang terjadi dalam penggunaan umum adalah manusia sebagai khalifah di muka bumi karena dalam istilah khala’if sudah terkandung dalam istilah khalifah dan berfungsi menggantikan orang lain dan menempati kedudukannya dalam kepemimpinan atau kekuasaan seperti yang telah di tegaskan dalam arti ayat-ayat di  bawah ini:
“Dan dialah yang menjadikan kamu penguasa-penguasa di bumi dan diameninggikan sebagian kamu atas sebagian (yang lain) beberapa derajat.....(QS.al-An’am, 6:165)”.
“Dialah yang menjadikan kamu khalifah di muka bumi. Barang siapa yang kafir, maka (akibat) kekafirannya menimpa dirinya sendiri. (Qs.Fathir,35:39)”.
Kedudukan lainnya manusia di alam ini yang sering diangkat oleh para pakar adalah sebagai hamba yang harus beribadah kepada Allah. Hal ini biasannya di dasarkan para petunjuk ayat yang artinnya:
“Tidaklah Aku menciptakan jin dan manusia kecuali agar mereka menyembah (ibadah) kepada-Ku (Qs.al-Dzariyyat,51;56)”.
Pengertian ibadah dalam ayat ini adalah merupakan pengembangan fitrah itu setinggi-tingginya, oleh aliran kemanusiaan disebut perwujudan diri (Self actualization). Penjelasan ini erat dengan kaitannya pelaksanaan fungsi kekhalifahan sebagaimana telah diuraikan di atas. Dengan ungkapan lain bahwa pelaksanaan ibadah itu pada hakikatnnya adalah dalam rangka melaksanakan fungsi kekhalifahan sebagaimana telah di sebutkan di atas.
Sementara itu Musa Asy’ari mengatakan bahwa esensi ‘abd adalah ketaatan, ketundukan, dan kepatuhan semuannya itu hanya layak di berikan pada tuhan. Ketundukan dan ketaatan pada kodrat alamiah yang senantiasa berlaku baginnya. Ia terikat oleh hukum-hukum tuhan yang menjadi kodrat pada setiap penciptaannya. kedudukan manusia dalam alam semesta ini selalu dihubungkan dengan konsep kekhalifahan manusia di muka bumi dan konsep ibadah.  Akan tetapi manusia tidak terikat sepenuhnnya oleh hukum alamiah-alamiah saja, karena sebagai makhluk yang baru yang di perlukan bagi kehidupannya.
Jika pengertian ibadah ini di hubungkan dengan pengertian khalifah sebagaimana diuraikan sebelumnnya dapat di peroleh pemahaman yaitu bahwa khalifah adalah pengganti yang memegang kepemimpina dan kekuasaan yang ada.
Sebagai seorang pemimpin dan penguasa, ia mempunyai wewenang untuk menentukan pilihan dan bebas untuk menggunakan akalnnya, sedangakan ‘abd adalah seorang yang telah kehilangan wewenang untuk menentukan pilihan dan kehilangan kebebasan untuk berbuat. Esensi seorang khalifah adalah kebebasan dan kreatiitas, sedangkan seorang ‘abd adalah ketaatan dan kepatuhan.[3]
C.      Tugas Manusia Di Dunia
Di dalam Al-Quran, ada tiga hal utama yang menjadi tugas manusia diantaranya:
1.      Menjadi khalifah Allah
Sebelum manusia diciptakan pada Al-Qur’an dijelaskan bahwa ada percakapan antara Allah dengan malaikat mengenai penciptaan manusia. Pada surat Al-Baqarah ayat 30 telah dijelaskan ayat yang artinya seperti berikut:
Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman pada para malaikat: ”Sesungguhnya Aku hendak menciptakan khalifah dibumi. Mereka (malaikat) menjawab berkata :”Mengapa engkau hendak menjadikan khalifah dibumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami (malaikat) senantiasa bertasbih dengan memuji engkau dan mensucikan  engkau? Allah berfirman : “Sesungguhnya allah mengetahui apa yang sedang kamu ketahui”.
Pada ayat tersebut, Allah merencanakan menciptakan manusia sebagai khalifah di bumi didalam ayat tersebut ada sedikit perdebatan antara malaikat dengan Allah yaitu menurut malaikat manusia diciptakan di bumi memang sebagai khalifa namun juga bisa membuat pertumpahan darah dan tidak bisa menjaga mandat sebagai khalifa di bumi. Namun Allah menjawab dengan tegas bahwa allah mengetahui apa yang tidak diketahui oleh malaikat yaitu rencana Allah terhadap penciptaan manusia, kemudian Allah menjelaskan bahwa manusia bisa menjadi khalifah di bumi karena manusia akan diberi akal sehingga manusia dapat memiliki kemampuan dan keterampilan.
Sehingga sebagai khalifatullah, manusia diberi fungsi sangat besar, karena Allah Maha besar maka manusia sebagai wakil Nya di muka bumi diberi tangung jawab pengelolaan alam semesta untuk kesejahteraan ummat manusia, karena alam semesta memang diciptakan Tuhan untuk manusia.
2.      Menyembah Allah
Sebagai hamba Alah, manusia adalah kecil dan tak memiliki kekuasaan, oleh karena itu tugasnya hanya menyembah kepada Nya dan berpasrah diri kepada Nya. Allah tidak menciptakan manusia kecuali untuk mengabdi kepadanya. Mengabdi dalam bentuk apa? Ibadah dengan menjalankan perintahnya dan menjauhi larangannya seperti tercantum dalam Al-Qur’an. Seperti  dalam surat Al-Bayyinah ayat 5 yang artinya:
  ”Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada Allah dalam menjalankan agama yang lurus,dan supaya mereka mendirikan shalat,dan menunaikan zakat, dan yang demikian itulah agama yang lurus”.(Q.S Al Bayyinah :5)
Perintah ataupun tugas yang diberikan oleh Allah kepada manusia dalam beribu-ribu macam bentuk dimulai dari hal yang paling kecil menuju kepada hal yang paling besar dengan berdasarkan dan berpegang kepada Al-Qur’an dan hadist didalam menjalankannya. Begitupun sebaliknya dengan larangan-larangannya yang seakan terimajinasi sangat indah dalam pikiran manusia namun sebenarnya balasan dari itu adalah neraka yang sangat menyeramkan, sangat disayangkan bagi mereka yang terjerumus kedalamnya.
Dalam hadist shohih diungkapkan bahwa jalan menuju surga itu sangatlah susah sedangkan menuju neraka itu sangatlah mudah.Dua itu adalah pilihan bagi setiap manusia dari zaman dahulu hingga sekarang,semua memilih dan berharap akan mendapatkan surga,namun masih banyak sekali orang-orang yang mengingkari dengan perintah Allah bahkan mereka lebih tertarik dan terbuai untuk mendekati,menjalankan larangan-larangannya. Sehingga mereka bertolak belakang dari fitrahnya sebagai manusia hamba Allah yang ditugasi untuk beribadah. Oleh karenanya,mereka tidak akan merasakan hidup bahagia di dunia dan bahagia di akhirat.
3.      Memakmurkan dan Memelihara Bumi
Dalam rangka ikhtiar memakmurkan bumi manusia telah diberi modal dasar yang telah melekat pada diri manusia di awal penciptaan nya.Yakni beupa akal dan pikiran.Makadengan ada nya akal dan pikiran maka manusia dapat melakukan penelitian dan mencari pengetahuan bagaimana mengelola semua amanah yang di berikan Allah SWT.
Memelihara di sini tidak hanya secara fisik saja.Tetapi segala yang ada di alam harus di pelihara.Termasuk juga dalam memelihara akidah dan akhlak manusia itu sendiri sebagai sumber daya manusia yang akan memanfaatkan alam.Karena itu meski dalam konteks memelihara alam,namun secara praktek adalah dengan membina akidah adan akhlak.Kedua hal ini penting agar tetap terjadi kesamaan dalam tujuan yang ditetapkan oleh Allah SWT.Keseragaman akhlak dan akidah akan tetap menyatukan manusia dalam visi yang satu,yakni manusia sebagai khalifah.






BAB III
PENUTUP
A.      Kesimpulan
Dari segi kebahasaan Islam berasal dari bahasa Arab, yaitu dari kata salima yang mengandung arti selamat, sentosa, dan damai. Dari kata salima selanjutnya diubah menjadi bentuk aslama yang berarti berserah diri masuk dalam kedamaian. Menurut istilah Islam adalah agama yang ajaran-ajarannya diwahyukan Tuhan kepada masyarakat manusia melalui Nabi Muhammad Saw. sebagai Rasul. Islam pada hakikatnya membawa ajaran-ajaran yang bukan hanya mengenal satu segi, tetapi mengenai berbagai segi dari kehidupan manusia. Kemanuisaan adalah implementasi dari memahami sifat psikologi, biologis, dan sosiologi manusia. yang menjadikan kita mengerti arti dasar manusia. dengan segala kebutuhan sebagai manusia dan pengabdian yang bisa di berikan pada sesama manusia. dan pada akhirnya menjadikan manusia yang benar-benar manusia dan bisa bersikap terhadap kedudukan manusia.
Dalam alam semesta ini selalu dihubungkan dengan konsep kekhalifahan manusia di muka bumi dan konsep ibadah. sesama manusia secara manusiawi serta ketundukan dan ketaatan pada kodrat alamiah yang senantiasa berlaku baginnya karena keterkaitanya oleh hukum-hukum tuhan yang menjadi kodrat pada setiap penciptaannya.
Tugas-tugas kholifah di dunia
1.      Menjadi khalifah
2.      Allah Menyembah Allah
3.      Memakmurkan dan Memelihara Bumi

B.       Saran
 Tiada gading yang tak retak karena makalah ini sepenuhnya masih banyak kekurangannya dan kami berharap pembaca dapat memberi kami masukan untuk lebih baik kedepannya .


DAFTAR PUSTAKA


1.    Prof. Dr. H. Nata, Abuddin, M.A. Metodologi Studi Islam Nasutin, Harun, Islam Ditinjau dari Berbagai Aspeknya  
2.     Drs. Hakim, Abd, Atang., MA. Dr. Jaih Mubarok, Metodologi Studi Islam  
3.     Nata Abuddin.( 2001). Filsafat Pendidikan Islam, PT.Logos Wacana Ilmu:Ciputat.








[1] Prof. Dr. H. Nata, Abuddin, M.A. Metodologi Studi Islam Nasutin, Harun, Islam Ditinjau dari Berbagai Aspeknya
[2] Drs. Hakim, Abd, Atang., MA. Dr. Jaih Mubarok, Metodologi Studi Islam
[3] Nata Abuddin.( 2001). Filsafat Pendidikan Islam, PT.Logos Wacana Ilmu:Ciputat.

0 komentar:

Posting Komentar