Rabu, 28 Maret 2018

Penulisan Karya Ilmiyah




BAB I
TEKNIK PENULISAN KARYA TULIS ILMIYAH

A.     Ukuran Kertas
Agar terdapat kesamaan pada penulisan karya tulis ilmiah, maka perlu ditetapkan ukuran kertas yang digunakan, yaitu:
1.          Jenis kertas yang digunakan untuk karya tulis ilmiah adalah HVS 70 gram, warna putih, ukuran A4 (21 cm x 29,7 cm). Lampiran atau lainnya yang berukuran lebih besar harus dilipat sesuai dengan ukuran A4.
2.          Naskah karya tulis ilmiah hanya ditulis pada satu sisi halaman kertas.
3.          Naskah karya tulis ilmiah diketik dengan komputer. Tulisan Latin menggunakan huruf (font) Times New Roman ukuran 14 untuk judul halaman sampul, ukuran 13 untuk judul bab, ukuran 12 untuk sub-bab, anak sub-bab dan naskah karangan, ukuran 11 untuk teks dalam tabel, dan ukuran 10 untuk catatan kaki (footnote). Sedangkan tulisan Arab menggunakan huruf Tradisional Arabic ukuran 16 atau yang seukuran itu kalau ditulis dengan tangan.
4.          Area penulisan naskah berjarak margin kiri 4 cm atau 1,58 inc (untuk karya tulis ilmiah berbahasa Arab kanan) dari pinggir kertas, sedangkan margin kanan, atas, dan bawah berjarak 3 cm atau 1,18 inc.
5.          Nomor halaman untuk bagian awal karya tulis ilmiah (daftar isi, kata pengantar dan lainnya) menggunakan angka Romawi kecil (i,ii, dst., untuk karya tulis ilmiah berbahasa Arab menggunakan alif, ba’, dst.) diletakkan di bagian tengah bawah halaman pada jarak 1 cm dari margin bawah.
6.          Nomor halaman untuk bagian isi dan bagian akhir karya tulis ilmiah menggunakan angka Arab (1,2,3 dst.) diletakkan di bagian kanan atas (untuk karya tulis ilmiah berbahasa Arab di bagian kiri atas) pada jarak 1 cm dari margin atas, kecuali halaman yang memuat judul bab, nomor halamannya di bagian tengah bawah pada jarak 1 cm dari margin bawah.

B. Ukuran Penulisan
Agar terdapat kesamaan pada karya tulis ilmiah, maka perlu ditetapkan ukuran penulisan, yaitu:
1.          Tulisan dan logo pada sampul luar karya tulis ilmiah ditulis dengan huruf kapital, tata letaknya simetris dan ukuran hurufnya serasi. Sedangkan yang lainnya hanya pada huruf awal tiap kata saja yang ditulis huruf kapital. Semua itu ditulis dengan tata letak secara simetris, ukuran huruf yang serasi dan dengan menggunakan tinta hitam.
2.          Semua unsur dalam daftar isi ditulis dengan spasi 1,5 dengan jarak (antar unsur-unsur itu) 1,5 spasi, kecuali sub-bab dan anak sub-bab di bawahnya dibuat 2 spasi. Awal sub-bab tiap kata yang menggunakan huruf kapital.
3.          Judul-judul tabel pada daftar tabel dan judul-judul gambar pada daftar gambar diberi nomor urut dan ditulis dengan spasi tunggal. Jarak antar judul adalah satu setengah spasi.
C.     Lambang Penulisan
Kategorisasi bagian isi karya tulis ilmiah menggunakan lambang-lambang sebagai berikut:
1.          Lambang kategorisasi bab menggunakan angka Romawi besar tanpa diakhiri dengan titik.
2.          Lambang kategorisasi sub-bab menggunakan huruf alfabet kapital yang diberi titik. Awal kata sub-bab menggunakan huruf kapital tanpa titik.
3.          Lambang kategorisasi anak sub-bab menggunakan angka Arab yang di akhiri dengan titik.
4.          Kategorisasi untuk pecahan-pecahan berikutnya secara urut menggunakan lambang-lambang: huruf alfabet kecil yang diberi titik, angka Arab yang di akhiri kurung tutup, huruf alfabet kecil yang di akhiri dua tanda kurung.
5.          Kata “BAB” ditulis dengan huruf kapital pada bagian tengah atas halaman dengan tata letak yang simetris, tanpa garis bawah, dan tanpa diakhiri dengan titik. Lambang kategori bab ditulis sesudah kata bab dengan jarak satu ketukan.
6.          Huruf awal setiap kata dari judul sub-bab ditulis dengan huruf kapital tanpa diakhiri dengan titik.
7.          Penulisan judul anak sub-bab sama dengan penulisan judul sub bab. Lambang kategori sub-bab diletakkan pada posisi lurus dengan huruf awal judul sub- bab.
8.          Jarak antara kata “BAB” dengan judul bab 1,5 spasi dan antara judul bab dengan judul sub-bab adalah 2 spasi. Sedangkan jarak antara akhir teks karangan dengan anak sub bab dan seterusnya adalah 2 spasi.
9.          Teks isi karangan ditulis dengan spasi 1,5 dan dengan pola rata kiri-kanan (justified).
10.        Baris pertama paragraf ditulis masuk satu koma dua sentimeter (1,2 cm) dari pias kiri karangan.
11.        “Kutipan langsung” yang panjangnya tidak lebih dari 40 kata dimasukkan ke dalam paragraf yang ada dan diapit dengan dua tanda petik untuk membedakannya dari yang bukan kutipan.
12.        “Kutipan langsung” yang panjangnya lebih dari 40 kata dijadikan paragraf tersendiri, ditulis dengan spasi tunggal dan tanpa diapit dengan dua tanda petik.
13.        Teks Arab yang dijadikan paragraf tersendiri ditulis dengan jarak 1,5 spasi dari teks sebelumnya dan dari teks sesudahnya. Teks dalam tabel ditulis dengan spasi tunggal.
D.     Warna Sampul
Untuk mempermudah dalam klasifikasi asal prodi mahasiswa, maka dibedakan dengan warna sampul sebagai berikut:
1.          Sampul karya tulis ilmiah untuk Jurusan/program studi Muamalah berwarna kuning.
2.          Sampul karya tulis ilmiah untuk Jurusan/program studi Ahwal Asyahsiyah berwarna biru.
E.     Penulisan Kutipan
Adapun teknik penulisan kutipan dapat diuraikan sebagai berikut:
1.          Nomor urut kutipan dan catatan kaki ditulis dengan efek superscript atau lebih tinggi setengah spasi dari baris biasa.
2.          Badan karangan dan cacatan kaki dipisah dengan garis pembatas sepanjang 14 karakter dari pias kiri pada jarak 1 spasi dari badan karangan.
3.          Jarak antara catatan kaki dengan garis pembatas dan jarak antar catatan-catatan kaki adalah 1 spasi.
4.          Catatan kaki ditulis dengan spasi tunggal dan baris pertamanya masuk 1 cm dari pias kiri.
5.          Nama pengarang ditulis tanpa mencantumkan gelar apapun.
6.          Nama pengarang ditulis lengkap. Nama yang lebih dari tiga kata cukup ditulis dengan kata terakhir nama tersebut.
7.          Jika pengarang terdiri dari dua orang, maka nama keduanya dicantumkan semua. Jika lebih dari dua orang, maka nama yang disebut nama pertama kali saja, nama ketuanya saja jika berupa tim, yang dicantumkan dengan diimbuhi kata et. all. atau dkk.
8.          Judul karangan ditulis lengkap, termasuk anak judulnya (kalau ada) dengan cetak miring (italic).
9.          Karangan yang berupa terjemahan, skripsi, atau tesis, keterangan tentang itu dicantumkan setelah judul karangan. Khusus karangan terjemahan dicantumkan juga nama penerjemahnya.
10.        Karangan yang tidak diterbitkan untuk umum, seperti diktat atau makalah, ditambahkan kata tidak diterbitkan.
11.        Karangan yang dimuat dalam buku kumpulan karangan, majalah atau koran, sesudah judul karangan dicantumkan juga judul kumpulan karangan, nama majalah, atau koran yang memuatnya.
12.        Apabila buku kumpulan karangan tersebut menggunakan editor, maka nama editor itu dicantumkan dengan diimbuhi singkatan ed. di dalam kurung. Apabila editornya lebih dari satu orang, maka yang dicantumkan hanya nama editor yang pertama dengan diimbuhi singkatan eds. di dalam kurung.
13.        Pustaka yang tidak menyebutkan nama pengarang, tetapi menyebutkan lembaga yang menerbitkan, seperti peraturan, perundangan atau lainnya, maka nama lembaga yang menerbitkan dianggap sebagai nama pengarang.
14.        Huruf awal tiap kata dalam catatan kaki ditulis dengan huruf kapital, kecuali kata depan seperti: “yang, di, ke, dari, daripada, pada, untuk, dengan”, dan semacamnya yang berfungsi sebagai penghubung dan kata ibid.
15.        Unsur-unsur informasi tentang suatu sumber dalam catatan kaki dipisah dengan koma dan tidak ditutup dengan titik.
16.        Apabila terjadi pengulangan pengutipan dari satu sumber secara berturut-turut, maka keterangan untuk sumber yang kedua dan seterusnya dinyatakan dengan kata ibid yang diberi titik, ditambah dengan keterangan nomor halaman jika tempat kutipan tersebut berbeda halaman dengan yang sebelumnya.
17.        Apabila pengulangan pengutipan dari satu sumber terjadi secara tidak berturut-turut (sudah diselingi kutipan dari sumber lain), maka keterangan untuk sumber yang kedua dan seterusnya cukup dinyatakan dengan nama akhir penulis (last name), beberapa kata dari judul karangan, dan nomor halaman, op. cit., loc., cit. tidak dipergunakan.
18.        Disetiap bab nomor urutan footnote dimulai dari angka satu.
F.     Daftar Pustaka
Teknik penulisan daftar pustaka dapat diuraikan sebagai berikut;
1.          Daftar pustaka disusun berdasarkan urutan alfabetik dengan memakai entri nama pengarang.
2.          Cara penulisan nama pengarang dengan mendahulukan nama akhirnya dan judul karangannya sama dengan cara penulisannya dalam catatan kaki.
3.          Penulisan nama pengarang yang sama untuk urutan kedua dan seterusnya, diganti dengan garis putus-putus sebanyak delapan karakter.
4.          Huruf awal tiap kata dalam daftar rujukan adalah kapital, kecuali kata depan seperti: “yang, di, ke, dari, daripada, pada, untuk, dengan”, dan semacamnya yang berfungsi sebagai kata penghubung.
5.          Unsur-unsur informasi tentang suatu pustaka satu dengan lainnya dipisah dengan koma dan tidak diakhiri dengan titik.
6.          Baris pertama daftar pustaka ditulis mulai dari pias kiri (karya tulis ilmiah berbahasa Arab dari pias kanan), sedangkan baris yang kedua dan seterusnya ditulis pada jarak satu setengah sentimeter dari pias kiri.
7.          Daftar pustaka ditulis dengan spasi tunggal. Jarak antar rujukan yang satu dengan yang lain adalah satu setengah spasi.
8.          Rujukan yang tidak mencantumkan kota penerbit, keterangan tentang kota penerbit tersebut diganti dengan tulisan t.t.p., singkatan dari: tanpa tempat penerbit.
9.          Rujukan yang tidak mencantumkan penerbit, keterangan tentang penerbit tersebut diganti dengan tulisan t.p., singkatan dari: tanpa penerbit.
10.        Rujukan yang tidak mencantumkan tahun penerbitan, keterangan tentang tahun penerbitan tersebut diganti dengan tulisan t.t., singkatan dari: tanpa tahun.
G.    Teknik Penyajian Tabel
Penggunaan tabel sebagai salah satu cara yang sistematis untuk menyajikan data statistik dalam kolom-kolom dan lajur sesuai dengan klasifikasi masalah. Dengan menggunakan tabel, pembaca akan dapat memahami data dan mencari hubungan-hubungannya secara cepat.
Tabel yang baik adalah bersifat sederhana dan dipusatkan pada beberapa ide. Menggunakan banyak tabel lebih baik daripada menggunakan sedikit tabel yang isinya terlalu padat. Hal ini karena memasukkan terlalu banyak data dalam suatu tabel dapat mengurangi nilai penyajian tabel. Selain itu, tabel yang baik harus dapat menyampaikan ide dan hubungan-hubungannya secara efektif.
1.               Kata “Tabel” ditulis dipinggir, diikuti nomor dan judul tabel.
2.               Tabel harus diberi identitas (nomor dan judul tabel) dan ditempatkan di atas tabel.
3.               Nomor tabel ditulis dengan menggunakan angka arab sebagai identitas tabel yang menunjukkan bab tempat tabel itu dimuat dan nomor urutnya dalam bab yang bersangkutan. (Contoh Tabel 4.2 = menunjukkan tabel tersebut berada pada bab IV, nomor urut tabel yang kedua).
4.               Judul tabel ditulis tebal dengan huruf besar pada huruf pertama setiap kata, kecuali kata hubung. Jika judul tabel lebih dari satu baris, maka baris kedua dan seterusnya ditulis sejajar dengan huruf awal judul dengan jarak satu spasi tanpa diakhiri tanda titik.
5.               Memberi jarak 2 spasi antara teks sebelum tabel dan teks sesudah tabel.
6.               Tabel yang pendek (kurang dari setengah halaman) sebaiknya diintegrasikan dengan teks. Sedangkan untuk tabel yang cukup besar (lebih dari setengah halaman) harus ditempatkan pada halaman tersendiri dengan ketentuan akhir tabel pada halaman pertama tidak perlu diberi garis horisontal. Pada halaman berikutnya, dituliskan Lanjutan tabel …pada tepi kiri, kemudian membuat tabel lagi dengan mencantumkan kepala tabel (termasuk teksnya).
7.               Kolom kepala (heading) dan deskripsi tentang ukuran atau unit data harus dicantumkan.
8.               Istilah-istilah seperti nomor, persen, frekuensi, dituliskan dalam bentuk singkatan/lambang; misalnya: No., %, dan f.
9.               Data yang terdapat dalam tabel ditulis dengan menggunakan jenis huruf  Times New Roman ukuran 11 dengan spasi tunggal.
10.             Garis vertikal dan horizontal digunakan untuk mempermudah pembacaan tabel.
11.             Tabel yang dikutip dari sumber lain wajib diberi keterangan mengenai nama akhir penulis, tahun publikasi dan nomor halaman tabel asli di bawah tabel dengan jarak 3 spasi dari garis horizontal terbawah dengan dimulai dari tepi kiri.
12.             Jika diperlukan catatan untuk menjelaskan butir-butir tertentu yang terdapat dalam tabel, gunakan simbol-simbol tertentu dan tulis dalam bentuk superskrip.
13.             Catatan kaki untuk tabel ditempatkan di bawah tabel, 1,5 spasi di bawah sumber, bukan pada bagian bawah halaman.
Contoh:
Tabel 1.1
Keterlibatan Mahasiswa dalam Program Peningkatan Prestasi Belajar

Kegiatan
Peranan Lulusan
Relevansi
P
Pb
Pan
Pl
R
TSR
TR
%
%
%
%
%
%
%
Seminar (90,0%) *)
57.8
65.6
40.0
31.1
46.1
50.1
Ttd
Penataran/latihan dalam jabatan (74.5%)
3.3
51.1
50.0
31.1
57.6
20.8
10.0
Lokakarya (70.3%)
34.4
34.4
22.2
8.9
53.3
41.6
Ttd
Kursus (32.5%)
6.7
6.7
5.5
Ttd
66.7
29.1
Ttd
Kegiatan lain (15.3%)
14.4
24.4
14.4
6.4
Ttd
3.5
Ttd
Keterangan :        P              = Peserta    R              = Relevan
Pb             = Pembicara               TSR          = Tidak selalu relevan
Pan            = Panitia    TR            = Tidak relevan
Pl              = Peran lain                Ttd           = Tidak tersedia data
*) Angka-angka dalam kurung menunjukkan presentase lulusan yang memberikan jawaban.
**)        Sejumlah 10% lagi dari peserta kegiatan ini menyatakan bahwa hal itu tidak relevan dengan bidang keahlian mereka. Alasan-alasan yang diberikan antara lain bahwa kuliah-kuliah yang diberikan terkadang sangat berbeda dengan bidang keahlian baru lulusan yang mereka peroleh dalam pendidikan di luar negeri.

H. Teknik Penyajian Gambar

Istilah gambar dalam buku panduan ini merujuk pada gambar dalam berbagai model seperti foto, grafik, sket, diagram, bagan, peta, dan jenis gambar lainnya. Gambar dapat digunakan untuk menyajikan data baik data statistik maupun data non statistik, menekankan hubungan atau korelasi tertentu, memberi contoh-contoh, dan memberikan konklusi atas fenomena tertentu.
Penyajian gambar dalam karya tulis harus memperhatikan beberapa ketentuan berikut:
1.          Judul gambar ditempatkan di bawah gambar, ditulis cetak tebal (bold) dengan ukuran huruf (font) 10, dan dinomori menggunakan angka arab (1, 2, 3 dst).
2.          Gambar harus sederhana dan mudah dipahami tanpa memberikan deskripsi tekstual.
3.          Gambar yang memakan tempat lebih dari setengah halaman harus ditempatkan pada halaman tersendiri.
4.          Penyebutan adanya gambar ditulis mendahului gambar dengan mengacu pada nomor gambar, bukan dengan menggunakan kata “gambar di bawah ini”.
5.          Gambar yang merupakan adopsi dari sumber lain harus dituliskan sumber gambar tersebut di bawah judul gambar, bukan pada catatan kaki.
BAB II
TEKNIK PENULISAN KUTIPAN
A.     Teknik Pengutipan atau Cara Merujuk
Secara garis besar ada dua cara pengutipan yang dilakukan dalam penulisan karya ilmiah, baik dalam bentuk buku maupun bentuk lain yang dipublikasikan di majalah ilmiah, yaitu kutipan langsung dan kutipan tidak langsung.          
1. Kutipan Langsung
Yang dimaksud dengan kutipan langsung ialah kutipan yang diambil dari pendapat seseorang -para ahli, pakar, pengarang, dan sebagainya- dengan secara langsung baik mengenai kata maupun kalimatnya tanpa menambah dan mengurangi sedikitpun. Kutipan langsung dapat dibedakan menjadi beberapa macam, yakni kutipan langsung pendek dan kutipan langsung panjang, puisi/kata mutiara, ayat al Qur’an/hadis\, anotasi, dan kalimat ellips.
a.       Kutipan langsung pendek adalah kutipan yang diambil oleh penulis dari pendapat seseorang secara langsung yang kurang dari 40 kata. Kutipan langsung pendek tersebut ditulis dengan menggunakan spasi ganda (2 spasi) diantara tanda kutip (“…“) dan tetap terpadu dalam teks utama. Kemudian diakhir kutipan diikuti dengan nomor footnote.
Contoh:
Alwi Shihab menjelaskan “Bantuan langsung tunai segera diberikan kepada yang berhak”.1
Kondisi di lapangan sangat berbeda dengan yang direncanakan Pemerintah hal ini disebabkan “Kejanggalan dalam pembagian dan beaya yang diinginkan oleh petugas tertentu”.2
b.        Kutipan langsung panjang adalah kutipan yang diambil oleh penulis dari pendapat seseorang secara langsung yang terdiri dari 40 kata atau lebih. Cara penulisannya, kutipan dipisah dari teks utama dan ditulis dengan menggunakan spasi tunggal (1 spasi), ditulis menjorok ke dalam 1,2 cm dari garis tepi sebelah kiri dan kanan teks utama, dan kemudian diikuti dengan footnote.
Contoh:
Berger menjelaskan:
Modernisasi pendidikan Islam memperlemah posisi ahli syari’ah yang antara lain mendorong toleransi. Pada sisi lain, meluasnya toleransi itu justru menumbuhkan rasa terancam yang mendorong gerakan lebih radikal. Hal ini memberi petunjuk adanya hubungan signifikan pemikiran Islam dan dinamika social penganut atau elite ulama dari agama bersangkutan.3

c. Kutipan yang sebagian dihilangkan (kalimat ellips).
Apabila dalam mengutip langsung ada kata-kata dalam kalimat yang dihilangkan, maka kata-kata yang dihilangkan tersebut diganti dengan 3 (tiga) titik.
Contoh:
“Penerapan ajaran Islam menurut visi … di daerah pedesaan akan nampak berbeda jika dibandingkan dengan kawasan perkotaan” 4
Apabila dalam kutipan langsung ada kalimat yang dihilangkan, maka kalimat yang dihilangkan tersebut diganti dengan 4 (empat) titik.

Contoh:
“Proyeksi masyarakat petani secara magis terarah pada kekuatan supranatural …. Dalam hubungan dengan mekanisme pasar itulah.”5
d.   Penulisan puisi dan kata mutiara
Kutipan yang berbentuk puisi yang tediri dari satu baris dimasukkan sebagai bagian dari teks utama dan dituliskan di antara tanda petik rangkap. Puisi yang tediri dari dua baris atau lebih dipisahkan penulisannya dari teks utama dengan tanpa tanda petik sebelum dan sesudahnya. Pusisi ditulis dengan jarak satu spasi dan menjorok masuk 1,2 cm. dari margin kiri.
Doa
Tuhanku
Dalam termangu
Aku masih menyebut nama-Mu
Tulisan Arab, baik dari Qur’an maupun Hadis\ ditulis dengan Font Arabic Tradisional ukuran 16, untuk al-Qur’an arti ditulis ‘Terjemahan’ dan untuk selain Qur’an ditulis ‘Artinya’ dengan Format sebagai berikut;
y7tRqè=t«ó¡o !#sŒ$tB ¨@Ïmé& öNçlm; ( ö@è% ¨@Ïmé& ãNä3s9 àM»t6ÍhŠ©Ü9$#   $tBur OçFôJ¯=tæ z`ÏiB ÇyÍ#uqpgø:$# tûüÎ7Ïk=s3ãB £`åktXqçHÍj>yèè? $®ÿÊE ãNä3yJ¯=tæ ª!$# .[سوراة: اية
Terjemahnya: Mereka menanyakan kepadamu: "Apakah yang Dihalalkan bagi mereka?". Katakanlah: "Dihalalkan bagimu yang baik-baik dan (buruan yang ditangkap) oleh binatang buas yang telah kamu ajar dengan melatih nya untuk berburu; kamu mengajarnya menurut apa yang telah diajarkan Allah kepadamu (Q.S….. : ayat)     
Catatan:
Untuk program Quran_in_word dapat menggunakan ukuran font 12 menyesuaikan dengan font Traditional Arabic dengan ukuran 16.
e.   Anotasi
Anotasi atau keterangan pendek dapat disisipkan sesudah kata-kata, ungkapan atau kalimat yang diberi keterangan itu dituliskan diantara tanda kurung besar. Apabila anotasi itu sampai mencapai satu baris atau lebih, maka anotasi itu dituliskan pada catatan kaki.
Contoh anotasi yang kurang dari satu baris:
 “Sultan Trenggono [raja Demak ketiga] memerintahkan Jaka Tingkir untuk menangkap Kerbau yang sedang mengamuk.”
2. Kutipan Tidak Langsung
Yang dimaksud dengan kutipan tidak langsung adalah pengutipan yang dilakukan oleh penulis secara tidak langsung. Artinya penulis hanya mengutip ide dasar seseorang, sehingga yang dimasukkan dalam teks tersebut adalah bahasa penulis sendiri. Kutipan tidak langsung, baik pendek maupun panjang, penulisannya dijadikan satu dengan teks utama. Kutipan tidak langsung ditulis dengan menggunakan spasi ganda (2 spasi) dengan menyebutkan nama orang yang dikutip pada awal kutipan dan di akhir kutipan diberi nomor footnote.
Contoh:
Ada tiga sifat penting pendidikan yang saling terkait satu sama lain. Sebagaimana yang dikemukakan oleh Sukmadinata bahwa pendidikan mengandung nilai dan memberikan pertimbangan nilai. Pendidikan diarahkan pada kehidupan dalam masyarakat dan pelaksanaan pendidikan dipengaruhi oleh lingkungan masyarakat tempat pendidikan itu berlangsung.6
Contoh:
Menurut Suciati, suatu kegiatan instruksional di perguruan tinggi dilakukan untuk mencapai tujuan tertentu, yaitu hasil belajar berupa perubahan tingkah laku mahasiswa. Tanpa adanya tujuan instruksional yang jelas, pengajaran akan menjadi tidak jelas arahnya. Oleh karena itu, pemahaman terhadap taksonomi hasil belajar menjadi sangat penting bagi para dosen. Dengan pemahaman ini, dosen akan dapat menentukan dengan lebih jelas dan tegas mengenai tujuan mata kuliah yang diasuhnya, bahkan tujuan setiap materi atau pokok bahasan yang disampaikan setiap kali tatap muka.7

3. Kutipan dari Hasil Wawancara

Selain diperoleh melalui pendapat seseorang dalam buku, kutipan juga dapat diperoleh langsung melalui wawancara. Dalam penelitian kualitatif yang bersifat alamiah, sumber data primer diperoleh dari wawancara. Kutipan yang berasal dari wawancara ditulis sama seperti penulisan pada kutipan langsung, yakni ditulis apa adanya untuk menjaga kealamiahan data.
Contoh:
Seperti yang telah dituturkan oleh Bapak Indrajati selaku Dirjen Dikdasmen ketika diwawancarai oleh peneliti, “terus terang [mutu pendidikan di Indonesia] mengalami penurunan, karena beberapa sebab baik input output maupun proses. Oleh karena itu, perlu adanya pembenahan beberapa komponen untuk menanganinya.”8
Catatan: Bila kalimat yang dikutip belum sempurna maka penulis perlu menambahkan keterangan untuk menjadikan kalimat itu sempurna, sebagaimana tertulis dalam kurung kotak pada kutipan di atas.
Budiono, selaku Kepala Dinas Pendidikan kota Nganjuk, ketika dimintai tanggapan mengenai mutu pendidikan di Indonesia, mengatakan sebagai berikut: “… sebenarnya mutu pendidikan di tempat kami sudah mulai meningkat. Cuma kami merasakan mutu yang ada belum sesuai dengan standar yang ditetapkan oleh pemerintah.”9
Tulisan hasil wawancara harus di beri foot note, Contoh:
9 Wawancara dengan Budiman di kantor Dinas Pendidikan kota Nganjuk pada tanggal, 24 Januari 2012 jam 10.00-10.30.
4. Kutipan dari Hasil Observasi
Kutipan, selain dari yang tersebut di atas, juga dapat berasal dari hasil observasi yang dilakukan oleh seorang pengamat (observer). Cara penulisan kutipan yang berasal dari hasil observasi tersebut pada prinsipnya sama dengan cara penulisan kutipan langsung, karena observasi dilakukan secara langsung pula.
Contoh:
Suasana pembelajaran ketika Bapak Ahmad mengajarkan muatan lokal pelajaran Tafsir Jalalain di kelas II A. Pada saat berlangsungnya proses belajar mengajar suasana kelas tenang tanpa ada tanya jawab atau diskusi yang dilakukan oleh guru dan siswa. Berikut catatan peneliti yang menggambarkan suasana tersebut:
                Pelajaran dimulai dengan ucapan salam dari guru sambil duduk di kursi. Kemudian guru memerintahkan siswa supaya membuka kitabnya masing-masing sambil bertanya tentang batas pelajaran yang lalu. Kemudian guru membacakan kitab yang sudah dibawanya dengan memberikan arti kata demi kata yang diikuti oleh semua siswa. Kegiatan belajar itu berlangsung sampai suara bel berbunyi sebagai tanda pergantian jam pelajaran, saat itu pula guru langsung mengakhiri pelajaran dengan mengucap salam kembali.10
Tulisan hasil observasi harus di beri foot note, Contoh:
10 Hasil observasi di kelas III pada tanggal 25 Januari 2012 jam 10.00-12.00.
B.     Teknik Penulisan Catatan Kaki (Footnote)
Catatan kaki (footnote) adalah salah satu dari tiga teknik penulisan yang berfungsi untuk menandai identitas sumber data. Selain itu, footnote juga dapat digunakan untuk memberikan keterangan tambahan tentang suatu subyek atau persoalan yang tidak mungkin dijelaskan dalam bodi teks. Namun, dengan catatan masih berkaitan erat dengan persoalan yang dibahas. Penjelasan seperti ini harus ditempatkan pada footnote, karena jika dituliskan dalam bodi teks akan mengganggu alur pembahasan.
Di samping catatan kaki, terdapat dua teknik penulisan lain, yaitu catatan akhir (endnote) dan catatan tengah (innote). Pada prinsipnya, catatan kaki dan catatan akhir tidak berbeda. Perbedaannya hanya pada letak. Catatan kaki terletak di bagian bawah bodi teks, catatan akhir di bagian belakang [bisa di akhir setiap bab atau di akhir buku], dan catatan tengah (innote) terletak di akhir tulisan secara langsung (masuk di bodi teks). Dibandingkan dengan catatan akhir, catatan kaki lebih praktis sebab pembaca bisa langsung mengetahui identitas sumber yang disebutkan dalam halaman yang sama dengan kutipan. Karena itu, karya ilmiah cenderung lebih banyak menggunakan model catatan kaki dibandingkan dengan dua model yang lainnya. Dengan pertimbangan seperti itu, maka catatan kaki dipilih sebagai teknik yang diberlakukan dalam kegiatan penulisan karya ilmiah.
Kutipan dari Buku
Untuk menuliskan identitas sebuah buku yang dijadikan sebagai sumber rujukan, penulis harus memenuhi ketentuan sebagai berikut: nama penulis harus ditulis seperti susunan nama aslinya (dengan tidak mendahulukan nama akhir [last name]) kemudian diikuti koma, judul buku yang ditulis miring, kurung buka, tempat penerbit, titik dua (:), nama penerbit, koma, tahun penerbitan, kurung tutup, koma, h, titik, nomor halaman dan titik.
1Mitsuo Nakamura, The Crescent Arises over the Banyan Tree: A Study of the Muhammadiyah Movement in a Central Javanese Town (Yogyakarta: Gajahmada University Press, 1983), h. 45.
2Oemar Seno Adji, Peradilan Bebas Negara Hukum (Jakarta: Erlangga, 1985), h. 60.
Jika terdapat kutipan lagi dari buku tersebut (The Crescent Arises over the Banyan Tree atau Peradilan Bebas Negara Hukum) dan diselingi dengan kutipan dari sumber lain, maka yang disebutkan adalah nama akhir penulis (last name), koma, beberapa kata dari judul buku, koma, nomor halaman buku dan titik.
1Mitsuo Nakamura, The Crescent Arises over the Banyan Tree: A Study of the Muhammadiyah Movement in a Central Javanese Town (Yogyakarta: Gajahmada University Press, 1983), h. 45.
2Oemar Seno Adji, Peradilan Bebas Negara Hukum (Jakarta: Erlangga, 1985), h. 60.
3Montgomery Watt, Islamic Theology and Philosophy (Edinburg: Edinburg Universty Press, 1963), h. 67.
4Nakamura, The Crescent Arises, h. 46.
5Adji, Peradilan, h. 60.
Namun jika kutipan kedua tersebut langsung mengikuti kutipan pertama [tidak diselingi dengan kutipan dari sumber lain], maka dalam kutipan kedua ditulis kata Ibid (ditulis biasa, tidak miring dan bergaris bawah). Kemudian diikuti titik, koma dan nomor halaman, jika berbeda dengan nomor halaman kutipan pertama atau tanpa nomor halaman pada kutipan sebelumnya.
1Mitsuo Nakamura, The Crescent Arises over the Banyan Tree: A Study of the Muhammadiyah Movement in a Central Javanese Town (Yogyakarta: Gajahmada University Press, 1989), h. 45.
2Ibid., h. 32.
3Ibid.
Apabila terdapat kutipan yang sama dengan kutipan sebelumnya, namun halamannya berbeda, maka yang disebutkan adalah nama akhir penulis (last name), koma, beberapa kata dari judul buku, koma, nomor halaman buku dan titik.
1Nakamura, The Crescent Arises, h. 47.
Jika seorang penulis memiliki dua karya tulis atau lebih dan disebutkan untuk yang pertama kali secara berurutan dalam satu nomor catatan kaki, maka nama penulis tersebut diganti dengan kata idem. Titik koma ditulis untuk memisahkan antara kata idem dengan kata atau angka yang menjadi bagian dari identitas sumber sebelumnya.
1Howard M. Federspiel, The Persatuan Islam: Islamic Reform in Twentieth Century Indonesia (Ithaca, New York: Cornell University Modern Indonesia Project, 1970), 109; Idem, Popular Indonesia Literature of the Qur’an (Ithaca, New York: Cornell University Modern Indonesia Project, 1994), h. 142.
2M. Yahya Harahap, Tujuan Kompilasi Hukum Islam (Jakarta: Pustaka Panjimas, 1990), 45; Idem, Kedudukan Kewenangan dan Acara Peradilan Agama (Jakarta: Pustaka Kartini, 1999), h. 89.
Kutipan dari Jurnal, Kumpulan Artikel dan Terjemahan
Kutipan yang diambil dari artikel sebuah jurnal memiliki ketentuan teknik tertentu. Ketentuan dimaksud adalah menyebutkan nama penulis persis seperti susunan nama aslinya, koma, tanda kutip buka, judul artikel (ditulis biasa, tidak miring atau bergaris bawah), tanda kutip tutup, koma, nama jurnal yang ditulis miring atau digaris bawahi, nomor jurnal, kurung buka, bulan (kalau ada) dan tahun penerbitan, kurung tutup, koma, nomor halaman dan titik. Perlu disebutkan bahwa nomor jurnal ditulis dengan angka Arab (Arabic Number), bukan angka Romawi (Roman Number).
1George Makdisi, “The Hanbali School and Sufisme”, Humaniora Islamica, 2 (Januari, 1974), h. 61.
2Wael B. Hallaq, “A Tenth-Eleventh Century Treatise on Juridical Dialectic”, Muslim World, 77 (1987), h. 197-228.
Jika artikel yang dikutip dimuat dalam buku, maka ketentuannya adalah menyebutkan nama penulis artikel persis seperti susunan nama aslinya, koma, tanda kutip buka, judul artikel (ditulis biasa, tidak miring dan bergaris bawah), tanda kutip tutup, koma, serta teks “dalam”, judul buku yang ditulis miring atau bergaris bawah, koma, ed. (singkatan editor), nama editor, kurung buka, tempat penerbit, titik dua, nama penerbit, koma, tahun penerbitan, kurung tutup, koma, nomor halaman dan titik.
1Abdus Subhan, “Social and Religious Reform Movementh in the 19th Century among the Muslims”, dalam Social and Religious Movementh, ed. S.P. Sen (Calcutta: Institute of Historical Studies, 1979), h. 485.
Kutipan lain dari artikel yang sama, baik yang langsung mengikuti kutipan pertama atau diselingi dengan kutipan dari sumber lain, ketentuannya sama dengan ketentuan kutipan dari buku. Demikian juga jika penulis artikel memiliki dua karya artikel atau lebih dan disebutkan untuk yang pertama kali secara berurutan dalam satu nomor catatan kaki, maka nama penulis tersebut diganti dengan kata idem.
Kutipan dari Sumber Bahasa Asing yang Diterjemahkan
Untuk sumber yang diterjemahkan dari bahasa asing, judul sumber yang ditulis adalah judul terjemahannya. Judul aslinya dalam bahasa asing tidak boleh disebutkan. Cara penulisan identitas sumber sama dengan ketentuan sebagaimana di atas, hanya ada tambahan kata “terj.” untuk tanda penerjemah.
1 C. Snouck Hurgronje, Islam di Hindia Belanda, terj. S. Gunawan (Jakarta: Bhatara Aksara, 1983), h. 45.
Catatan Penting Penulisan Foot Note
Semua gelar yang dicantumkan di depan atau di belakang nama seorang penulis tidak perlu disebutkan dalam kutipan.
1Moh. Koesnoe, “Kedudukan Kompilasi Hukum Islam dalam Sistem Hukum Nasional”, Varia Peradilan, 122 (2005), h. 78.
bukan
1Prof. Dr. H. Moh. Koesnoe SH, “Kedudukan Kompilasi Hukum Islam dalam Sistem Hukum Nasional”, Varia Peradilan, 122 (2005), h. 78.
Penulis yang hanya memiliki satu nama (single name), nama satu-satunya tersebut yang dituliskan.
1Hazairin, Hukum Kekeluargaan Nasional (Jakarta: Tinta Mas, 2004), h. 50.
Nama penulis Arab Klasik dan pertengahan yang dikenal melalui satu nama saja, walaupun ia memiliki nama lebih dari satu, ditulis nama yang terkenal saja. Nama diri (given name) boleh disebutkan, jika memang diperlukan sebagai penguat.
1al-Ghaza>li>, Ih}ya>' 'Ulu>m al Di>n, (Damaskus: Dar al-Fikr, 2009), h. 98.
2Nawawi>, Matan al-Arba'i>n al-Nawawi>, (Kairo: Mustafa al-Ba`bi al-Halabi, 1945), h. 56.
Jika nama yang satu tersebut sama atau mirip dengan nama penulis lain yang buku atau artikelnya juga dipakai sebagai sumber, maka nama diri perlu disebutkan.
1Abu> H}amid al-Ghaza>li>, al-Mustas}hfa>` min ‘Ilm al-Us}hu>l, (Beirut: Dar Ihya at-Turrast al-Arabi, 1976), vol. 2, h. 89.
2Muh}ammad Ghaza>li>, Gha>yat Talkhi>s al-Mur>d, (Kairo: Da`r al-Shuru`q, 1990), h. 78.
Kutipan yang diambil dari Encyclopedia ditulis nama penulis entry, koma, tanda kutip buka, judul entry, tanda kutip tutup, koma, tempat penerbit, titik dua, nama penerbit, koma, tahun penerbitan, kurung tutup, koma, nomor halaman dan titik
1A.J. Wensinck, “Kufr”, The First Encyclopaedia of Islam, ed. M. Th. Houstma, et.al. (Leiden: E. J. Brill, 1987), vol. 7, h. 234.
Jika sebuah buku ditulis, diedit atau diterjemahkan oleh dua orang, maka dua nama tersebut harus disebutkan semua. Namun jika jumlah penulis, editor atau penterjemahnya tiga ke atas, maka hanya nama penulis, editor atau penterjemah pertama yang disebutkan dan kemudian diikuti dengan et.al. sebagai ganti nama-nama lain yang tidak disebutkan.
1Fazlur Rahman,”Revival and Reform in Islam”, dalam The Cambridge History of Islam, ed. P.M. Holt et.al. (Cambridge: Cambridge University Press, 1970), Vol. 2, h. 632-638.
Kutipan dari Disertasi, Tesis dan Skripsi
Kutipan yang diambil dari tesis atau disertasi yang tidak diterbitkan caranya adalah dengan menuliskan nama penulis tesis atau disertasi, koma, tanda kutip buka, judul tesis atau disertasi (ditulis biasa tidak miring atau digaris bawahi), tanda kutip tutup, koma, kurung buka, teks ”Tesis MA atau Disertasi Doktor”, koma, nama perguruan tinggi, tempat perguruan tinggi, tahun penulisan tesis atau disertasi, kurung tutup, koma, nomor halaman dan titik.
1Bisri Afandi, ”Shaikh Ahmad Al-Shurkati: His Role in Al-Irshad Movement”, (Tesis MA., McGill University, Montreal, 1976), h. 34.
2Nurcholish Madjid, “Ibn Taymiyya on Kalam and Falsafah: A Problem of Reason and Revelation in Islam”, (Disertasi Doktor, Chicago University, Chicago, 1984), h. 45.
Jika unsur dalam identitas sumber data ada yang tidak jelas atau hilang, maka harus dicantumkan tanda “kehilangannya”. Misalnya, jika tempat, nama atau tahun penerbitan tidak ada dalam sebuah buku atau jurnal, maka harus diberi tanda t.t. (tanpa [tempat] penerbit), t.p. (tanpa [nama] penerbit), dan t.t. (tanpa [tahun] penerbitan). Di samping itu, tanda tanya (?) juga harus dipakai, jika salah satu unsur dalam identitas tersebut diragukan karena tidak ditulis dengan jelas.
1al-Nawawi>, Sharh} S}ah}i>h Muslim, (t.t.: al-Maktabah al-Salafiyah, 1950), vol. 5, h. 34.
2H. A R. Gibb, Modern Trends in Islam (Chicago: t.p., 1947), h. 67.
3M. Hatta, “Politik Sintesa,” Aliran Islam (Februari, 1942), h.45.
4S.D. Gotein, Studies in Islamic History and Institutions (Leiden: E.J. Brill, t.t.), h. 34.
Kutipan dari al-Qur’an dan al-Hadis\
Kutipan dari al-Qur’an dilakukan dengan cara menuliskan kata al-Qur’an (ditulis biasa tidak miring atau digaris bawahi) kemudian diikuti koma, nomor surat, titik dua, nomor ayat dan titik. Jika dalam satu nomor catatan kaki terdapat dua atau lebih kutipan al-Qur’an, maka kutipan berikutnya ditulis persis seperti kutipan pertama (hanya tidak perlu menyebutkan kata al-Qur’an lagi) dan antara kedua kutipan tersebut dipisahkan dengan titik koma. Kutipan lain yang disebutkan dalam nomor selanjutnya ditulis Ibid, titik, koma, nomor surat, titik dua, nomor ayat dan titik. Perlu diketahui bahwa huruf  “a” dalam kata sandang (definite article) “al-Qur’an” sebaiknya ditulis dengan huruf kecil, sebab “al” dari sudut gramatika bukan bagian dari kata dimaksud. Di samping itu perlu diingat bahwa nomor yang dipakai untuk menunjukkan ayat dan surat adalah Angka Arab (Arabic Number) dan bukan Angka Romawi (Roman Number).
1al-Qur’an, 2: 34; 12: 4.
2Ibid., 5: 14.
Catatan: 
Teknik penulisan sumber dari al-Qur’an pada daftar pustaka dibuat secara lengkap. Misalnya, Yayasan Penterjemahan al-Qur’an, al-Qur’an dan Terjemahan (Jakarta: Departemen Agama Republik Indonesia, Proyek Pengadaan Kitab Suci al-Qur’an, 1990). Maka rujukan yang dilakukan oleh penulis menjadi jelas.
Kutipan dari Hadis\ ditulis dengan cara menempatkan footnote di akhir matan Hadis\ tanpa menyebutkan periwayatnya (rawa>hu). Dalam footnote ditulis nama penulis kitab (mukharrij, seperti al-Bukhari, Muslim, an-Nasa’i, dll.), judul kitab ditulis miring, titik dua, nama bab (jika ada), kurung buka, kota terbit, titik dua, penerbit, koma, tahun, kurung tutup, koma, jilid, koma, halaman, dan titik. Kitab Hadis\ yang dapat digunakan sebagai rujukan utama adalah al-Kutu>b at-Tis’ah (S}ah}i>h al-Bukha>ri, S}ah}i>h Muslim, Sunan an-Nasa>’i, Sunan at-Turmud}i, Sunan Ibnu Majjah, al-Muwat}a’ Ibnu Malik, Sunan Abu Dawud, Sunan ad-Darimi, dan Musnad Imam Ah}mad).  Kitab Hadis\ yang disusun oleh Mukharrij yang lain (al-Baih}aqi, ath-T}abrani, al-H}akim, dan ad-Dailami) tetap dapat dirujuk dengan menyebut nama kitab yang disusunnya. Selain Kitab-kitab Hadis\ tersebut di atas dapat dirujuk apabila menjadi obyek pembahasan. 
1 al-Bukhari, S}ahi>h al-Bukha>ri: Kita>b ash-S}iya>m (Beirut: Da>r al-Fikr, 1989), I, h. 231.
Kutipan dari Internet
Kutipan yang diambil dari internet atau website dengan cara menuliskan nama penulis artikel (jika ada), judul artikel di antara dua tanda kutip, alamat website, tanggal, bulan, tahun terbit (jika ada) dan tanggal akses.
1Kuntowijoyo,”Islamisasi Javaisme”, Republika on line, http://www. republika.co.id, 18 April 2008, diakses tanggal 2 Mei 2009.
2”Bila Istana Bersuasana Pesantren”, Republika on line, http://www. republika.co.id atau 9910 atau 31 atau 2934.htm, diakses tanggal 31 Oktober 2009.
Kutipan dari hasil wawancara ditulis dalam catatan kaki sebagai berikut; nama tokoh, koma, jabatan, kedudukan, atau pekerjaan tokoh, koma, tempat, koma, dan tanggal pelaksanaan wawancara.
1Budi Setiono, Staf KMI, Pondok Pesantren Darul Ma’rifah Kediri, 24 September 2002.
Kutipan dari CD-Rom
Kutipan yang diambil dari artikel yang ditulis dalam jurnal dan dalam bentuk CD-Rom ditulis sebagai berikut: nama penulis, kemudian diikuti koma, judul artikel ditulis di antara dua tanda kutip, koma, judul CD yang ditulis miring atau digaris bawahi, koma, jilid, titik dua, kurung buka, CD-ROM, titik dua, judul CD, teks ”Digital”, tahun, kurung tutup, dan titik.
1 Krashen, S., Long, M. & Scarcella, R., “Age, Rate and Eventual Attainment in Second Language Acquisition”, TESOL Quarterly, 13: 573-82 (CD-ROM: TESOL Quarterly, Digital, 1998).
Kutipan dari Majalah dan Koran
Kutipan dari artikel yang dimuat dalam majalah atau koran ditulis sebagai berikut: nama penulis, kemudian diikuti koma, judul artikel yang ditulis di antara dua tanda kutip dan ditulis tegak (biasa) dengan huruf besar pada setiap awal kata kecuali kata hubung, kemudian tanda koma, nama majalah atau koran ditulis miring atau digaris bawahi, koma, tanggal, bulan, tahun (jika ada), nomor halaman dan titik.
1 Gardner, H., “Do Babies Sing a Universal Song?”, Psychology Today, h.70-77.
2 Suryadarma, S.C.V., “Prosesor dan Interface: Komunikasi Data”, Info Komputer, Juli 2004, h. 45.
3 Huda, M., “Menyiasati Krisis Listrik Musim Kering”, Jawa Pos, 13 September 2005, h.6.
Kutipan dari artikel yang dimuat dalam koran atau majalah tanpa penulis sebagai berikut: nama koran atau majalah, koma, judul artikel dicetak miring atau garis bawah, koma, tanggal, bulan, tahun, nomor halaman, dan titik.
1 “Wanita Kelas Bawah Lebih Mandiri”, Jawa Pos, 22 April 2005, h. 6.
Kutipan dari Dokumen, Undang-Undang, Seminar dan Email
Kutipan yang diambil dari dokumen resmi pemerintah yang diterbitkan oleh suatu penerbit tanpa penulis dan lembaga ditulis sebagai berikut: judul atau nama dokumen dicetak miring, koma, kota (tempat yang menjadi Ibukota pemerintah pemilik dokumen), titik dua, penerbit, tahun terbit, dan titik.
1 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Jakarta: Armas Duta Jaya, 2004.
Kutipan dari dokumen suatu lembaga dan ditulis atas nama lembaga yang bersangkutan ditulis sebagai berikut: nama lembaga, koma, judul buku yang ditulis miring atau digaris bawahi, kurung buka, tempat lembaga yang menerbitkan, titik dua, nama lembaga payung, koma, tahun penerbitan, kurung tutup, dan titik.
1 Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Pedoman Penulisan Laporan Penelitian (Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional, 2000).
Kutipan dari makalah yang disajikan dalam seminar, workshop, diklat atau lokakarya ditulis sebagai berikut: nama penulis, koma, judul makalah ditulis tegak di antara dua tanda kutip, titik, forum tempat menyajikan makalah, koma, lembaga penyelenggara, koma, kota, tanggal, bulan, tahun, dan titik.
1 Lailun Nuzul, “Penulisan Laporan Penelitian”. Makalah disajikan dalam Lokakarya Penelitian Tingkat Dasar, Kediri, 12 Agustus 2005.
Kutipan yang diambil dari email pribadi ditulis sebagai berikut: nama penulis, koma, nama email, koma, judul ditulis tegak di antara dua tanda kutip, titik, nama pemilik email yang dituju, kurung buka, alamat email tujuan, kurung tutup, tanggal email dan titik.
1 Dali S. Naga, “Artikel untuk JIP”. E-mail kepada Ali Syaukah (jippsi@mlg.ywcn.or.id), (unj@indo.net.id), 1 Oktober 2009.
Kutipan Hasil Wawancara dan Observasi
Pada prinsipnya pengutipan hasil wawancara maupun hasil observasi sama pada pengutipan umumnya. Namun yang berbeda pada teknik pembutan footnote. Pembutan footnote diawali dengan kata ”wawancara”, nama orang (nama sebenarnya/samaran), tanggal, bulan, tahun, tempat wawancara dan waktu/jam.
[1] Wawancara dengan Sudro di Masjid pada tanggal 15 Oktober 2010 jam 02.00 s/d 02.29.
Sedangkan untuk footnote hasil observasi diawali dengan kata “Observasi”, tanggal bulan tahun, dan tempat.
[1] Observasi di pasar Bandar pada tanggal 19 Oktober 2010 jam 08.00-10.00.

C. Teknik Penulisan Daftar Pustaka

Semua sumber yang dipakai sebagai rujukan dalam penulisan karya ilmiah wajib dimasukkan dalam daftar pustaka atau bibliography. Sedangkan buku dan sumber lain yang tidak dijadikan rujukan tidak boleh dicantumkan di dalamnya. Artinya, sumber yang dijadikan rujukan saja yang dicantumkan dalam daftar pustaka.
Teknik penulisan sumber dalam bibliography pada dasarnya tidak jauh berbeda dengan teknik penulisan catatan kaki (footnote). Penulisan bibliography dapat diurutkan sebagai berikut:
Pertama, menulis nama penulis atau pengarang, yaitu dengan menulis nama akhir (last name) dan diberi tanda koma, kemudian diikuti nama awal lengkap (first name), nama kedua dan seterusnya (bila ada) lalu diakhiri dengan titik kurung buka tahun diterbitkan kurung tutup. Kedua, menulis judul buku. Judul buku dicetak miring dan diikuti dengan tanda titik. Ketiga, menulis nama kota tempat sumber diterbitkan dan diikuti dengan tanda titik dua (:). Keempat, menulis nama penerbit, lalu tanda koma, dan kemudian titik.
BAB III
BAHASA PENULISAN KARYA TULIS ILMIAH
Penulisan karya tulis ilmiah bisa ditulis dalam Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris dan Bahasa Arab.
A.       Peran dan Fungsi Bahasa
Bahasa memiliki peran sangat penting dalam pergaulan, dan penggunaan bahasa bisa mencerminkan kepribadian seseorang, misalnya: aspek akhlak, profesi dan status sosialnya. Fungsi utama bahasa, baik berupa bahasa isyarat, bahasa tulis, maupun bahasa lisan, adalah sebagai alat komunikasi antara seseorang dengan orang lain. Penggunaan bahasa yang tepat sangat menunjang keberhasilan komunikasi.
Komunikasi terjadi karena ada pihak pertama yang ingin menyampaikan pesan, ide atau gagasan, informasi, seruan, perintah atau larangan kepada pihak kedua. Ide atau gagasan yang disampaikan merupakan hasil kerjha akal, perasaan, dan pengalaman. Ide yang disampaikan seseorang akan bisa dipahami oleh orang lain dengan baik dan sempurna bila diungkapkan dengan baik, tepat, dan benar. Penerima pesan juga dituntut memiliki kemampuan menyerap pesan dengan baik, tepat, dan benar pula.
Ide atau gagasan yang disampaikan dengan bahasa tulis memiliki kelebihan dan kekurangan. Kelebihannya adalah:
1.        Ide atau gagasan dapat disampaikan dengan sangat mendalam dan luas, misalnya gagasan yang dituangkan dalam buku berhalaman tebal dan berjilid.
2.        Ide atau gagasan dapat terdokumentasi dalam waktu yang lama.
3.        Ide atau gagasan yang disampaikan dapat dipelajari dan diambil manfaatnya oleh orang lain, kecuali dokumen yang sifatnya sangat rahasia.
Sedangkan beberapa kekurangannya adalah:
1.        Tidak semua ide seseorang dapat dengan sempurna diterjemahkan dalam bahasa tulis.
2.        Maksud dan tujuan yang disampaikan dengan bahasa tulis terkadang sulit dipahami dan diserap dengan tepat oleh pembacanya.
3.        Pembaca tidak mudah mendapatkan penjelasan bila mendapatkan kesulitan dalam memahami maksud ide yang disampaikan dengan bahasa tulis.
B.       Ragam Bahasa Ilmiah
Penulisan karya ilmiah hendaknya menggunakan bahasa yang jelas, tepat, formal dan lugas. Kejelasan dan ketepatan isi dapat diwujudkan dengan menggunakan kata dan istilah yang jelas dan tepat, kalimat yang tidak berbelit-belit dan struktur paragraf yang runtut.
Kelugasan dan keformalan gaya bahasa diwujudkan dengan menggunakan kalimat pasif, kata-kata yang tidak emotif dan tidak berbunga-bunga. Hindarilah penggunaan kata-kata seperti saya atau kita. Jika terpaksa menyebutkan kegiatan yang dilakukan oleh penulis sendiri, istilah yang dipakai bukan kami atau saya melainkan penulis atau peneliti. Namun, istilah penulis atau peneliti hendaknya digunakan seminim mungkin.
Karya tulis ilmiah wajib ditulis dengan ragam bahasa ilmiah, tidak menggunakan ragam bahasa sastra, orasi, daerah, pasar, populer, dan sejenisnya. Dalam ragam bahasa ilmiah berlaku ketentuan-ketentuan sebagai berikut: (1) Baku; (2) Logis; (3) Kuantitatif atau terukur; (4) Tepat; (5) Denotatif; (6) Efektif; (7) Terjalin; (8)  kesinambungan urutan; dan (9) Bahasa yang baik dan benar.
C.       Ejaan Yang Disempurnakan (EYD)
Penulisan karya tulis ilmiah harus ditulis sesuai dengan kaidah Ejaan Yang Disempurnakan (EYD) yang berlaku.
D.       Transliterasi Arab-Latin
Transliterasi adalah pengalihan huruf dari abjad yang satu ke abjad yang lain. Transliterasi Arab-Latin adalah penyalinan huruf-huruf Arab dengan huruf-huruf Latin beserta perangkatnya. Pedoman Transliterasi Arab-Latin disusun dengan prinsip sebagai berikut:
1.        Sejalan dengan Ejaan Yang Disempurnakan (EYD).
2.        Huruf Arab yang belum ada padanannya dalam huruf Latin dicarikan padanan dengan cara memberi tambahan tanda diakritik dengan dasar “satu fonem satu lambang”.
3.        Pedoman transliterasi ini diperuntukkan bagi masyarakat umum.
Penulisan transliterasi yang berasal dari bahasa asing (Arab dan Inggris) ditulis dengan menggunakan bahasa Indonesia sesuai dengan Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI). Transliterasi huruf Arab ke dalam huruf latin yang dipakai dalam penyusunan karya tulis ilmiah berpedoman pada Surat Keputusan Bersama Menteri Agama dan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia No. 158 Tahun 1987 dan No. 0543 b/u/1987 tanggal 10 September 1987 yang ditandatangani pada tanggal 22 Januari 1988. serta yang ditindaklanjuti melalui Keputusan Kepala Badan Litbang dan Diklat Keagamaan DEPAG RI pada tanggal 5 Pebruari 2004.
1. Konsonan
Hurup Arab
Nama
Hurup Latin
Nama
ا
Alif
Tidak dilambangkan
tidak dilambangkan
ب
Ba
B
be
ت
Ta
T
te
ث
Sa

s\

es (dengan titik di atas)
ج
Jim
J
je
ح
Ha
h}
ha (dengan titik di bawah)
خ
Kha
Kh
ka dan ha
د
Dal
D
de
ذ
Zal
z\
zet (dengan titik di atas)
ر
Ra
R
er
ز
Zai
Z
zet
س
Sin
S
es
ش
Syin
Sy
es dan ye
ص
Sad
s}
es (dengan titik di bawah)
ض
Dad
d}
de (dengan titik di bawah)
ط
Ta
t}
te (dengan titik di bawah)
ظ
Za
z}
zet (dengan titik di bawah)
ع
Ain
koma terbalik di atas
غ
Ghain
Gh
ge dan ha
ف
Fa
F
ef
ق
Qaf
Q
ki
ك
Kaf
K
ka
ل
Lam
L
el
م
Mim
M
em
ن
Nun
N
en
و
Wau
W
we
ه
Ha
H
ha
ء
Hamzah
apostrof
ي
Ya
Y
ye
2. Konsonan rangkap karena Syaddah ditulis rangkap
متعّد دة
Ditulis
Muta’addidah
عدّة
Ditulis
‘iddah
3. Ta’ Marbutah di akhir kata
a.           Bila dimatikan  ditulis h  
حكمة
Ditulis
h}ikmah
جزية
Ditulis
jizyah
(Ketentuan ini tidak diperlukan kata-kata arab yang sudah terserap ke dalam bahasa Indonesia, seperti zakat, salat dan sebagainya, kecuali bila dikehendaki lafal aslinya).
b.    Bila diikuti dengan kata sandang 'al' serta bacaan kedua itu terpisah, maka ditulis dengan h.
كرامة الأولياء
Ditulis
Kara>mah al-auliya>’

c.    Bila ta’ Marbutah hidup atau dengan harakat,  fathah, kasrah dan dammah ditulis t atau h
زكاة الفطر
Ditulis
Zaka>t al-fit}ri
4. Vokal Pendek
فعل
fathah
Ditulis
a
Ditulis
fa'ala
ذكر
kasrah
Ditulis
i
Ditulis
z|ukira
يذهب
dammah
Ditulis
u
Ditulis
yaz}habu
5. Vokal Panjang
1.
fathah + alif
ditulis
a>
جاهلية
ditulis
Ja>hiliyyah
2.
fathah + ya’ mati
ditulis
a>
تنـسى
ditulis
Tansa>
3.
kasrah + ya’ mati
ditulis
i>
كـريم
ditulis
Kari>m
4.
dammah + wawu mati
ditulis
u>
فروض
ditulis
furu>d} 

6. Vokal Rangkap
1.
fathah + ya’ mati
ditulis
Ai
بينكم
ditulis
bainakum
2.
fathah + wawu mati
ditulis
Au
قول
ditulis
Qaul
7. Vokal Pendek yang Berurutan  dalam Satu Kata Dipisahkan dengan apostrof
أأنتم
ditulis
a’antum
أعدت
ditulis
u’iddat
لئن شكـرتم
Ditulis
la’in syakartum
        8. Kata Sandang Alif +Lam
a.    Bila diikuti huruf Qamariyyah ditulis dengan menggunakan huruf "Ґ"
القرآن
ditulis
al-Qur’a>n
القياس
ditulis
al-Qiya>s
b.   Bila diikuti huruf  Syamsiyyah  ditulis dengan menggunakan huruf Syamsiyyah yang mengikutinya, serta menghilangkan huruf  "l" (el) nya.
السماء
Ditulis
as-Sama>’
الشمس
Ditulis
asy-Syams
9. Penulisan Kata-kata dalam Rangkaian Kalimat
Ditulis menurut penulisannya.
ذوي الفروض
Ditulis
Z|awi> al-furu>d}
أهل السنة
Ditulis
ahl as-Sunnah
Lampiran : Halaman Sampul karya tulis ilmiah









POLIGAMI DALAM TINJAUAN HUMANISME
Makalah
Disampaikan pada mata kuliah......
Dosem Pengampuh
........

Oleh:

MARSUIN

NPM. 13.01.0.4768

NIRM 13.00890.564380




Oval: Loko Institusi
 








SEKOLAH TINGGI ILMU SYARIAH FAQIH ASYARI SUMBERSARI
PROGRAM STUDI MUAMALAH
OKTOBER 2013

3 cm
 
Lampiran: Contoh Daftar Pustaka
Daftar Pustaka

Algar, Hamid. (2011). Wahabisme: Sebuah Tinjauan Kritis, Jakarta: Democracy.
Azra, Azyumardi. (2011). Pengatar dalam Buku, Syaikh Idahram, Mereka Memalsukan Kitab-kitab Karya Ulama Klasik: Episode Kebohongan Publik Sekte Salafi Wahabi, Yogyakarya: Pustaka Pesantren.
Baasir, Abu Bakar. (2008). Surat-Surat Kepada Penguasa. Klaten: Kafayeh Cipta Media.
Hanafi, A. (2003). Pengantar Teologi Islam, Jakarta: Pustaka Al-husna Baru.
Hasan, Abdurrahman ibnu. (tt) Qurrah ‘Uyun al-Muwahhidin, Riyad: Maktabah ar-Rusyd.
Idahram, Syaikh. (2011). Mereka Memalsukan Kitab-kitab Karya Ulama Klasik: Episode Kebohongan Publik Sekte Salafi Wahabi, Yogyakarya: Pustaka Pesantren.
Koentjaraningrat. (1999). Manusia dan Kebudayaan di Indonesia, Jakarta: Jambatan.
Mufid, Ahmad Syafii. (2009). Faham Islam transnasional dan proses demokratisasi di Indonesia. Harmoni; Jurnal Multikultural & Multireligius, Vol. VIII. No. 31, Juli – September. h. 8-34
Muhammad, Nur Hidayat. (2012). Benteng Ahlussunah wal Jamaah: Menolak Faham Salafi, Wahabi, MTA, Hisbu Tahrir dan LDII, Kediri: Nasrulilmi.
Siraj, Said Aqil. (1999). Islam Kebangsaan: Fiqih Demokratik Kaum Santri, Jakarta: Pustaka Ciganjur.
Sugiyarto, Wakhid. (2010). Jihad di mata para terpidana terorisme di indonesia, “Harmoni:  Jurnal Multikultural & Multireligius”, Volume VIII, Nomor 32, Oktober-Desember. h. 97-112.
Wahid, Abdurahman, (ed). (2009). Ilusi Negara Islam: Ekspansi Gerakan Islam Transnasional di Inonesia, Jakarta: Desantara Utama Media.
Wahab, Muhammad ibnu Abdul, dkk. (tt). Ad Durar as-Saniyyah fi al Ajwibah an-Najdiyah, Jilid 1.

0 komentar:

Posting Komentar