BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Ilmu falak
adalah ilmu yang mempelajari lintasan benda-benda langit, terutama matahari,
bulan dan bumi untuk mengetahui posisi dan kedudukan benda langit yang satu
dengan yang lainnya. Ilmu falak merupakan bagian dari ilmu astronomi. Astronomi
sama dengan kosmologi dan sama dengan ilmu nujum, yaitu ilmu pengetahuan yang
mempelajari benda-benda langit secara umum dari berbagai aspek.
Kegunaan
mempelajari ilmu falak ini secara teoritis dimaksudkan untuk penguasaan dan
pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, semantara secara paraktis ilmu
falak digunakan untuk keperluan yang terkait dengan masalah ibadah seperti
waktu sholat. Sholat fardu dalam al-quran sudah ditentukan waktunya sebagaimana
dalam surat al-Isra dinyatakan bahwa sholat didirikan sejak matahari
tergelincir sampai gelap malam dan waktu shubuh dan dalam surat Hud bahwa
sholat itu didirikan pada waktu pagi dan petang.
B.
Rumusan
Masalah
1.
Apa pengertian sholat dan waktu
sholat?
2.
Bagaimana awal waktu sholat?
3.
Bagaimana perhitungan awal waktu
sholat?
C.
Tujuan dan
manfaat
1.
Untuk mengetahui pengertian sholat
dan waktu sholat.
2.
Untuk mengetahui waktu sholat.
3.
Untuk mengaplikasi perhitungan awal
waktu sholat.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian Sholat dan Waktunya
Sholat secara
etimologi (lughat) adalah عاء الد yang artinya doa,sedangkan secara terminologi (syara) sholat adalah
ucapan dan perbuatan yang diawali dengan takbir dan diakhiri dengan salam
dengan syarat-syarat yang ditentukan.[1]Adapun
definisi sholat tersebut terdapat dalam firman allah Qs. at-Taubat [9] ayat 103 :
وصل عليهم إن صلاتك سكن لهم والله سميع عليم .
Terjemahnya:“sesungguhnya do’a kamu itu
(menjadi) ketenteraman jiwa bagi mereka. Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha
Mengetahui.” (QS. at-Taubat [9]: 103)
Allah SWT telah berfirman dalam al-Qur’an QS An-Nisa ayat 103, sebagai
berikut :
فَإِذَا قَضَيْتُمُ الصَّلَاةَ
فَاذْكُرُوا اللَّهَ قِيَامًا وَقُعُودًا وَعَلَىٰ جُنُوبِكُمْ ۚ فَإِذَا
اطْمَأْنَنْتُمْ فَأَقِيمُوا الصَّلَاةَ ۚ إِنَّ الصَّلَاةَ كَانَتْ عَلَى
الْمُؤْمِنِينَ كِتَابًا مَوْقُوتًا
Terjemahnya: Maka apabila kamu telah menyelesaikan shalat(mu),
ingatlah Allah di waktu berdiri, di waktu duduk dan di waktu berbaring.
Kemudian apabila kamu telah merasa aman, maka dirikanlah shalat itu
(sebagaimana biasa). Sesungguhnya shalat itu adalah fardhu yang ditentukan
waktunya atas orang-orang yang beriman
Ayat di atas menerangkan tentang waktu shalat secara Ijmal (global).
Para mufassir berbeda pendapat tentang tafsir ayat “Kitaaban
Mauquutaa”. Ada dua pendapat :
Pertama, yang mengartikannya sebagai kewaiban saja tanpa ada embel-embel
waktu sebagaimana riwayat dari ‘Athiyah Al-‘Aufy, Al-Hasan, Abu Ja’far, Ibnu
Abbas (pada salah satu riwayatnya), Ibnu Zaid, As Suddiy dan Mujahid.
Sebagaimana dalam hadist yang di riwayatkan oleh Abu As Sa’ib, yang artinya : “
Mengabari aku Abu As Sa’ib, Ia berkata mengabarkan kami Ibnu Fuadhail dari
Fuadhail bin Marzuq dari Athiyah Al-‘Aufy, Ia berkata : mengenai firman Allah
“inna As-shalata Kanat ‘ala Al-Mu’minina Kitaban Mauquta”, makna “Kitaban
Mauquta” adalah diwajibkan.”
Kedua, menyatakan “Kitaban Mauquta” bermakna waktu yang
ditentukan. Inilah pendapat yang shahih sebagaimana riwayat dari Zaid bin
Aslam, Ibnu Abbsas (pada salah satu riwayatnya), Mujahid, As
Suddiy, Ibnu Qutaibah, dan Qatadah. Artinya : “Mengabari aku Al-Mutsana, Ia
berkata mengabarkan kami Ishaq, Ia berkata : mengenai firman Allah “inna
As-shalata Kanat ‘ala Al-Mu’minina Kitaban Mauquta”, makna “Kitaban Mauquta”
adalah waktu yang ditentukan.”
Dari ayat
ini Az-Zamakhsyariy berkomentar bahwa seorang tidak boleh mengakhirkan waktu
atau mendahulukan waktu shalat seenaknya baik dalam keadaan aman ataupun takut.
B.
Awal Waktu Sholat
a.
Waktu dzuhur
Kedudukan
matahari yang dimaksud adalah kedudukan titik pusat matahari. Apapila matahari
sedang berkulminasi, titik pusat matahari berkedudukan dimeridian. Akan tetapi,
jika matahari tidak berkulminasi di zenit, bayang-bayang benda terpasang tegak
lurus di atas tanah, membujur tepat menurut arah utara-selatan. Garis poros
bayang-bayang itu dititik pusat matahari membentuk sebuah bidang, berimpit
dengan meridian.
Setelah titik
pusat matahari dalam perjalanan matahari ke barat, melepaskan diri dari
meridian, ujung bayang-bayang benda yang terpasang tegak lurus, akan melepaskan
dari garis utara-selatan dan membelok ke arah timur. Bidang yang dibuat oleh
poros bayang-bayang dan titik pusat matahari, akhirnya membentuk sudut dengan
bidang meridian, kedua bidang itu berpotong-potongan pada garis vertikal
tempat.
Keadaan
demikiann disebut sebagai tergelincirnya matahari, yaitu awal waktu dzuhur. Dan
jalan demikian, maka secara ilmu pasti, waktu berkulminasi matahari dapat
ditetapkan sebagai batas permulaan waktu dzuhur. Apabila matahari dimeridian,
poros bayang-bayang sebuah benda yang didirikan tegak lurus pada bidang datar,
membuat sudut siku-siku dengan garis barat-timur.
Setelah
matahari bergerak dari meridian, poros bayang-bayang itu membelok ketimur, dan
sudut yang dinuatnya dengan garis i’tidal (garis timur barat) bukan lagi 90°.
Matahari dikatakan telah tergelincir dan awal dzuhur sudah masuk . ketika titik
pusat matahari dimeridian, orang belum boleh melakukan sholat, dan segera
setelah titik pusat matahari terlepas dari garis meridian, matahari sudah
tergelincir ke arah barat dan waktu dzuhur sudah masuk.
Awal waktu Zuhur dirumuskan sejak seluruh bundaran matahari meninggalkan
meridian, biasanya diambil sekitar 2 derajat setelah lewat tengah hari. Saat
berkulminasi atas pusat bundaran matahari berada di meridian. Atau dengan kata
lain titik pusat matahari lepas dari meridian setempat yang tingginya relatif
terhadap deklinasi matahari dan lintang tempat.
Apabila matahari bergeser dari meridian, maka titik pusatnya juga bergeser.
Begitu pula kalau matahari bergeser dari titik zenith, otomatis kulminasinya
bergeser juga. Dan yang menyebabkan titik kulminasi itu bergeser adalah lintang
tempat dan deklinasi matahari sehingga lintang tempat dianggap sama harganya
dengan jarak zenith dan titik pusat matahari pada saat berkulminasi setelah
dikurangi dengan deklinasi matahari.[2]
b.
Waktu ashar
Apabila
matahari sedang berkulminasi, bayang-bayang sebuah tongkat yang terpasang tegak
lurus diatas bidang datar, mempunyai
panjang tertentu. Selanjutnya setelah matahari meneruskan perjalanan hariannya
bergerak kearah barat, ujung bayang-bayang itu bergerak secara perlahan ke
timur, dan ukuran panjang bayang-bayang berangsur-angsur bertambah sepanjang
tongkat itu, jika dibandingkan dengan panjangnya sewaktu matahari sedang
berkumilasi, ketika itu waktu ashar telah masuk.
c.
Waktu Shalat Magrib.
Dalam ilmu
falak waktu shalat Magrib berarti saat terbenam matahari (ghurub) secara
keseluruhan sampai pada bundaran matahari, ketika seluruh piringan matahari
tidak kelihatan oleh pengamat, dengan kadar seseorang dapat wudhu atau tayamum,
menutup aurat, qamat untuk segera sholat, sekaligus mengerjakan sholat sebanyak
lima rokaat.apabila telah habis kadar tersebut maka habislah sudah waktu sholat menurut qoul jadidnya imam
syafi’i, adapun menurut qaul qadimnya yang juga dinyatakan kuat oleh imam
nawawi , bahwa waktunya sholat magrib itu berlangsung hingga sampai saat
terbenamnya mega merah.
Waktu sholat
magrib dimulai ketika piringan matahari berdiameter 32’ menit busur,
setengahnya berarti 16 menit busur, selain itu di dekat horizon terdapat
refraksi (inkisar al-jawwi) yang menyebabkan kedudukan matahari lebih tinggi
dari kenyataan sebenarnya yang diasumsikan 34 menit busur.
Koreksi
semidiameter (nishfu al-quthr) piringan matahri dan refraksi terhadap jarak
zenith matahari saat matahari terbit atau terbenam sebesar 50 menit busur. Dengan
demikian terbit dan terbenam secara falak ilmi di definisikan bila jarak zenit
matahari mencapai Zm = 90050’. Defenisi itu untuk tempat pada ketinggian di
permukaan air laut atau jarak zenith matahari Zm = 910 bila memasukan koreksi
kerendahan ufuk akibat tinggi posisi pengamat 30 m dari permukaan laut. Untuk
penentuan waktu magrib, saat matahari terbenam biasanya ditambah 2 menit karena
ada larangan shalat tepat pada saat matahari terbit, terbenam dan kulminasi
atas.
d.
Waktu isya
Secara
astronomi, awal waktu shalat Isya ditandai dengan memudarnya cahaya merah
(asy-syafaq al-ahmar) di bagian langit sebelah barat yakni sebagai tanda
masuknya gelap malam. Pada sholat isya terdapat
dua waktu:Peristiwa tersebut dikenal sebagai akhir senja astronomi
(astronomical twilight). Tinggi matahari pada saat itu adalah 180 di bawah ufuk
(horizon), sebelah barat dan jarak zenith matahari adalah 1080 ( 900 + 180),
atau h= -180 derajat.
c.
Waktu shubuh
Dalam ilmu
falak waktu shubuh dipahami sebagai awal astronomical twilight (fajar
astronomi), cahaya ini mulai muncul diufuk timur menjelang terbit matahari pada
saat matahari berada pada posisi sekitar 180 di bawah ufuk atau jarak zenith
matahari 1080. Pendapat lain mengatakan bahwa terbitnya fajar sidik dimulai
pada saat posisi matahari 20 derajat di bawah ufuk atau jarak zenith matahari
110 derajat, bahkan ada pendapat 15 derajat.
d.
Waktu terbit matahari (syuruq)
Matahari terbit atau arunika adalah peristiwa
di mana sisi teratas Matahari muncul di atas horizon
di timur.
Matahari terbit tidak sama dengan fajar, di mana langit mulai terang, beberapa waktu sebelum Matahari muncul,
mengakhiri twilight
(peristiwa cahaya Matahari terlihat mulai akhir senja hingga fajar). Karena refraksi atmosfer
menyebabkan Matahari masih dapat terlihat sementara berada di bawah horizon,
Matahari terbit dan Matahari terbenam adalah, dari satu sudut pandang, ilusi optik.
Matahari juga muncul lebih besar di horizon, tetapi hal ini merupakan ilusi
optik lainnya, sama dengan ilusi bulan.
Revolusi Matahari ke barat mengitari bumi setelah keluar dari
horizon disebabkan rotasi Bumi ke timur, sebuah revolusi berlawanan jarum jam
ketika dilihat dari atas Kutub Utara. Ilusi ini sangat meyakinkan bahwa banyak
budaya memiliki mitologi dan agama yang dibuat berdasarkan model
geosentris. Efek yang sama dapat dilihat dengan satelit
dekat kutub.
e.
Waktu dhuha
Waktu dhuha adalah
waktu yang permulaannya dimulai setelah matahari naik kira-kira setinggi tiga
tombak, dan berakhir ketika posisi matahari tepat berada di tengah-tengah
langit (istiwa) dan pada saat itu makruh hukumnya untuk melakukan
shalat. Menurut pandangan yang lain, shalat dhuha dimulai ketika matahari naik
setinggi 7 hasta dan berakhir ketika matahari tergelincir (istiwa).[3]
C.
Perhitungan
Waktu Sholat
Dalam
menghitung awal waktu sholat, waktu sholat dapat dihitung dengan menggunakan
metode ephemeris dan metode nautika:[4]
a.
Ephemeris
Ephemeris
adalah sejenis almanak atau buku yang secara khusus dahulu diterbitkan oleh
direktorat pembinaan badan peradilan agama islam departemen agama dan sekarang
diterbitkan oleh direktorat urusan agama dan pembinaan syariat ditjen bimbingan masyarakat dan departemen agama.
a)
Data yang diperlukan
1.
Deklinasi matahari dengan lambang
(δ) disediakan dalam waktu satu (1) tahun penuh dan terperinci per jam selama
dua puluh empat (24) jam. Deklinasi matahari (δ) dala ephemeris terdapat kolom
lima (5) terdiri dari derajat, menit dan detik (ᴼ ′ ″).
2.
Semi diameter matahari (SDmh) juga
disdiakan untuk jangka waktu (1) tahun terperinci per jam. Semi diasmeter
(SDmh) terdapat kolom (7) terdiri dari menit dan detik (″ ′).
3.
Perata waktu (equation time) yang
disigkat (e) tersedia untuk satu tahun terperinci per jam selama dua puluh
empat (24) jam
4.
Refraksi yang rajin disingkat R dalam
ephemeris terdapat pada lampiran daftar refraksi, Refraksi dapat disediakan
dalam bentuk menit dan detik (′ ″).
5.
Kerendahan ufuk dengan simbol
D terdapat dalam ephemeris kerendahan
ufuk.
b)
Langkah hisab awal waktu
1.
Menentukan daerah yang akan
ditentukan awal waktu sholatnya misalnya kota metro lampung.
2.
Menentukan tanggal bulan dan tahun
yang akan dicari awal waktunya, misalnya tanggal 5 september 2007.
3.
Siapkan data yang diperlukan
(almanak ephemeris).
c)
Teknik penggunaan data
1.
Dalam teknik penggunaa data
ephemeris adalah mengubah atau memindahkan waktu daerah di indonesia, baik
waktu standar maupun waktu lokal menjadi waktu Greenwich Mean Time (GMT)
dengan rumus:
Rumus waktu indonesia:
GMT= WIB/ WITA/ WIT/ LMT – Sel (λ)
|
Contoh:
Apabila di indonesia barat pukul berapa GMT
nya?
GMT= WIB– Sel (λ)
|
=18j 00m
00d – 07j 00m 00d
= 11j
00m 00d
2.
Mengambil data yang diperlukan.
3.
Mengadakan interporasi terhadap data
pecahan karena data yang tersedia adalah data dalam waktu yang bulat.
d)
Rumus yang digunakan:
(t-
![]() |
1.Rumus sudut
waktu.
1)
cos t = -tan (φ) tan (δ) + sec (φ)
sec (δ) sin h
2)
cos t = -tan (φ) tan (δ) + sin h
: (cos φ cos δ )
3)
cos t = -tan (φ) tan (δ) + sin h
: cos φ cos δ
4)
cos t = sin h : (cos φ cos
δ) + (tan φ tan δ)
5)
e. sin ½t = 

= 270
- (


= 

2. Rumus awal
waktu.
(t-
![]() |
3.
(Ketinggian
Matahari) Pada Awal Waktu

1.
Awal Dzuhur t= 0

2.
Awal Asar pakai rumus
Cotan
![]() |
3.
Awal Maghrib dapat di cari
dengan rumus
![]() |
4.
awal isya’ = -18

5.
awal shubuh = -20

6.
Syuruq (waktu terbit matahari) =
maghrib
7.
Awal Dhuha =+12

a)
Langkah hisab awal waktu sholat
1.
Menentukan daerah yang akan
dicari waktu sholatnya, misalnya kota metro lampung.
2.
Menentukan tanggal bulan tahun
yang akan dicari awal waktunya, misalnya tanggal 15 september 2007.
3.
Menyiapkan data yang diperlukan.
4.
Menentukan rumus yang digunakan.
b)
Teknik hisab awal waktu sholat
1.
Awal dzuhur
1)
Menyiapkan data yang diperlukan








MP =
- (e)

2)
Mencari meridian pass (MP)
MP =
– (e)

= 

e =


MP = 

3)
mencari t, awal dzuhur t nya = 0

4)
Rumus awal waktu Dzuhur
(t -
![]() |
(0

00





2.
Awal ashar
1)
menyiapkan data yang diperlukan
:







e = 

MP =
– e

2)
mencari meridian pass (MP)
MP =
– (e)

= 

e =


MP = 

3)
mencari
dengan rumus

Cotan
![]() |
=
tan {(-05

=
tan {(08

=
tan 06

=
0,144923799 + 1
Cotan
=
1,144923799



4)
mencari sudut waktu matahari
a)
mencari sudut waktu matahari(t)
dengan rumus :
![]() |
-tan (-05

tan (03
) = 0,0547
(=)

-tan
0,0049

sec (-05
=
1,0040 (x)

sec (41
= 0,6578 (+)

sec
0,6614 (+)

cos
0,6663



b) Mencari sudut waktu matahari (t) dengan rumus
: (cara 2)
Sin
![]()
2 S
![]() ![]() ![]()
S
![]() |
1) data yang
diperlukan




h = 115

S = 115
S 115






= 110
118


masuk rumus
a.
log cos (110
) =
9,540446219-10 (-)

log cos (118
) = 9,679440175-10 (-)

= 9,219886395-10 (-)
b.
log cos (05
=
9,998265951-10 (+)

log cos (03
= 9,999351874-10 (+)

= 9,997617825-10
(+)
c.
9,219886394-10 (-)
9,997617825-10 (+)
9,217504219-10 (+)
d.
2 log sin
t = 9,211656946-10 (+)

log sin
t = 9,211656946-10 (+)

=
- 10
(+)

= 9,60875211-10 (+)


t = 47

5)
Rumus awal waktu asar
(t-1+
![]() |
= 47
+ i

= 47
+ i

=
+
+ i



i =
+


3.
Awal magrib
1)
mencari data yang di perlukan :







e = 

MP =
– e



2)
mencari meridian pass (MP)
MP =
– (e)

= 

e = 

MP = 

3)
mencari sudut waktu (t) dengan
rumus
![]() |
-tan (-05

tan (03
) = 0,0583
(=)

-tan
0,0048

sec (-05
=
1,0040 (x)

sec (03
= 1,0014 (x)

sin (-01
= -0,0174 (=)

sec
= -0,0175 +

cos t =
-0,0127
t = 90

4)
rumus awal waktu maghrib
(t -
![]() |
(90

(90



i = 

=

4.
Awal isya
1)
Mencari data yang diperlukan







e = 

MP =
– e



2)
Mencari meridian pass (MP)
MP = 12j
00m 00d – (e)
=12j
00m 00d
E = 00j 04m 39d -
MP = 11j
55m 21d
3)
Cari tinggi t isya dengan
rumus:
![]() |
-tan (-05° 07ꞌ)
= 0, 0895 (x)
tan (03°
02ꞌ 57ꞌꞌ) = 0,0533 (=)
-tan φ
tan δ =
0, 0048
Sec (-05°
07ꞌ) = 1, 0040 (x)
Sec (03°
02ꞌ 57ꞌꞌ) = 1, 0014 (x)
Sin (-18)
= -0, 3090 (=)
=
-0, 3107 +
Cos t = 0, 3059
t =107° 48ꞌ 44,35ꞌꞌ
4)
Rumus awal waktu isya
(t -
![]() |
= (107°
48ꞌ 44, 35ꞌꞌ – 105° 18ꞌ + 105°) : 15 + 11j 55m 21d +
i
= (107°
30ꞌ 44, 35ꞌꞌ) : 15 + 11j 55m 21d
= 07j
10m 11, 96d + 11j 55m 12d+
i
19j 05m 23, 04d
i
= 00j 01m 23, 96d+
19j 07m 00, 04d
5.
Awal shubuh
1)
Mencari data yang diperlukan







e = 

MP =
– e



2)
Mencari meridian pass (MP)
MP = 12j
00m 00d – (e)
=12j
00m 00d
E = 00j 04m 39d -
MP = 11j 55m 21d
3)
mencari sudut waktu (t) dengan
rumus
![]() |
-tan (-05° 07ꞌ)
= 0, 0895 (x)
tan (03°
18ꞌ 20ꞌꞌ) = 0,0577 (=)
-tan φ
tan δ =
0, 0052
Sec (-05°
07ꞌ) = 1, 0040 (x)
Sec (03°
02ꞌ 57ꞌꞌ) = 1, 0017 (x)
Sin (-18)
= -0, 3420 (=)
=
-0, 3439 +
Cos t = 0, 3387
t =109° 47ꞌ 51,60ꞌꞌ
4)
awal waktu shubuh
(t -
![]() |
=
(109° 47ꞌ 51, 60ꞌꞌ – 105° 18ꞌ + 105°) : 15 + 11j 55m 56d
+ i
=(109°
47ꞌ 51, 60ꞌꞌ) : 15 + 11j 56m 21d
= - 07j
17m 59, 54d + 11j 55m 56d+
i
04j
37m 35, 56d
i
=00j 01m 35, 56d+
04j
36m 00, 00d
6.
Awal terbit matahari (syuruq)
1)
Mencari data yang diperlukan







e = 

MP =
– e



2)
Mencari meridian pass (MP)
MP = 12j
00m 00d – (e)
=12j
00m 00d
E = 00j 04m 27d -
MP = 11j 55m 33d
3)
mencari sudut waktu (t) dengan
rumus
![]() |
-tan (-05° 07ꞌ)
= 0, 0895 (x)
tan (03°
16ꞌ 24ꞌꞌ) = 0,0572 (=)
-tan φ
tan δ =
0, 0051
Sec (-05°
07ꞌ) = 1, 0040 (x)
Sec (03°
16ꞌ 24ꞌꞌ) = 1, 0016 (x)
Sin -1 = -0, 0174 (=)
=
-0, 0175 +
Cos t = 0, 0124
t =90° 42ꞌ 37,75ꞌꞌ
4)
awal waktu terbit matahari
(syuruq)
(t -
![]() |
=
(-90° 42ꞌ 37, 75ꞌꞌ – 105° 18ꞌ + 105°) : 15 + 11j 55m 33d
+ i
=(-90°
42ꞌ 37, 75ꞌꞌ) : 15 + 11j 55m 33d
= - 06j
17m 01, 38,52d + 11j 55m 33d+
i
05j
53m 54, 48d
i
=00j 01m 54, 48d +
05j
51m 00, 00d
7.
Awal dhuha
1)
Mencari data yang diperlukan







e = 

MP =
– e



2)
Mencari meridian pass (MP)
MP = 12j
00m 00d – (e)
=12j
00m 00d
E = 00j 04m 29d -
MP = 11j 55m 31d
3)
mencari sudut waktu (t) dengan
rumus
![]() |
-tan (-05° 07ꞌ)
= 0, 0895 (x)
tan (03°
14ꞌ 29ꞌꞌ) = 0,0566 (=)
-tan φ
tan δ =
0, 0051
Sec (-05°
07ꞌ) = 1, 0040 (x)
Sec (03°
16ꞌ 29ꞌꞌ) = 1, 0016 (x)
Sin (12) = -0, 2079 (=)
Sec φ sec
δ sin h = 0, 2091 +
Cos t = 0, 2142
t =77° 37 ꞌ53ꞌꞌ
4)
awal waktu terbit matahari
(syuruq)
(t -
![]() |
= (-77°
37ꞌ 53ꞌꞌ – 105° 18ꞌ + 105°) : 15 + 11j 55m 31d +
i
=(-71°
19ꞌ 53 ꞌꞌ) : 15 + 11j m 31d
= - 06j
17m 01, 38,52d + 11j 55m 33d+
i
06j
46m 11, 46d
i
=00j 01m 48, 54d +
06j
49m 00, 00d
Berdasarkan hasil hisab sebagaimana
diuraikan diatas dapat dibuat waktu sholat untuk kota metro lampung tanggal 15
september 2007 sebagai berikut:
Zhuhur
|
Ashar
|
Magrib
|
Isya
|
Shubuh
|
Syuruq
|
Dhuha
|
11.57
|
15.07
|
17.59
|
19.07
|
04.36
|
05.51
|
06.49
|
b.
Nautika
Nautika adalah
almanak kelautan yag diterbitkan oleh TNI AL dinas Hidro Oseonografi untuk
kepentingan pelayaran, terutama untuk angkata laut. Meskipun demikian, dapat
juga digunakan untuk hisab awal waktu sholat karena data yang berkaitan dengan
perhitungan awal waktun sholat, awal bulan, dan sebagainya terdapat dalam
almanak ini.
a)
Data yang diperlukan
1.
Deklinasi matahari (δmh)
disajika setiap hari bahkan dirinci perjam. Deklinasi matahari (δmh)
terdapat pada halaman ganjil dan setiap halaman memuat deklinasi (δmh)
untuk (3) hari kolom pertama memuat hari, tanggal dan jam sedangkan kolom kedua
memuat GHA dan deklinasi matahari (δmh). Deklinasi
matahari (δmh) terdiri dari derajat menit dan detik.
2.
Semi diameter (SD mh)
disajikan pada setiap halaman ganjildalam kolom kedua baris paling bawah.
3.
Perata waktu (equation time) dan
biasanya disingkat dengan (e) disajikan setiap hari dalam halaman ganjil dengan
interval waktu 12 jam, yaitu pukul 00j dan 12j. (equation
time) yang diblok hitam berati negatif.
4.
Refraksi (R) tidak disediakan
karena (R) yang berkaitan dengan hisab ini konstan sebesar 34′ 30″ atau
dibulatkan menjadi 34′. Juga karena kerendahan ufuk (D) tidak terdapat dalam
nautika, meskipun demikian dapat dihitug dengan rumus:
D = 1,76 

b)
Teknik penggunaan data
1.
Mengubah atau memindahkan waktu daerah di indonesia
baik waktu standar atau waktu setempat menjadi waktu GMT.
2.
Pengambilan data yang diperlukan
untuk data nautika
1) Deklinasi
matahari (δmh) terdapat dalam halaman ganjil kolom dua sun bagian dec.
2) Semi
diameter terdapat pada kolom kedua baris terakhir setiap halaman ganjil.
3) Sedangkan
perata waktu (equation time) terdapat pada kolom 4, 5 dan 6 bagian
bawah. Kolom 4 menunjukan tanggal kolom lima equation time pukul 00 dan
kolom 6 equation time pukul 12.
3.
Mengadakan interpolasi jika di
perlukan.
4.
Mencari selisih λw dengan
λ untuk waktu standar
λw =.........................
λ
=........................(-)
sel λ
=..........................
=...........................
c)
Rumus yang digunakan
1.
Rumus sudut waktu (t) pada
Nautika=ephemeris
2.
Rumus awal waktu:
a)
Zhuhur = MP- (e) (+
kwd) + i
b)
Ashar = MP- (e) + t
+ (+ kwd) + i
c)
Maghrib = MP- (e) + t
+ (+ kwd) + i
d)
Isya = MP- (e) +
t + (+ kwd) + i
e)
Shubuh =
MP- (e) + t + (+ kwd) + i
f)
Syuruq = MP- (e) + t
+ (+ kwd) + i
g)
Dhuha = MP- (e) + t
+ (+ kwd) + i
3.
Khusus untuk awal ashar harus
dicari h matahari terlebih dahulu. Sedangkan h matahari untuk
selain ashar sama dengan yang terdapat pada sistem ephemeris. Adapun rumus
ashar sebagai berikut :
![]() ![]() |
d)
Langkah hisab awal waktu
1.
Menentukan daerah yang akan
ditentukan awal waktu sholatnya misalnya kota metro lampung.
2.
Menentukan tanggal bulan dan tahun
yang akan dicari awal waktunya, misalnya tanggal 5 september 2007.
3.
Siapkan data yang diperlukan
(almanak nautika).
4.
Mengambil data yang diperlukan.
5.
menentukan rumus yang akan digunakan.
e)
Teknik hisab awal waktu sholat
1. awal dhuhur
a.
mencari data
yang diperlukan
φ = 03˚ 49˚
λ = 98˚ 27’ Timur
λ = 105˚ 00˚ Timur
e = ?
MP
= 12j –(e)
b.
mencari sel
waktu antara binjai dengan WIB
λ
WIB
= 105˚
λ
Binjai =98˚ 27’ -Sel = 06˚ 33’ : 15 = 00j 26m
12d
3)
mencari equation of time pukul : 05j 26m 12d
e
00j = -13m 45d
e
12j =-13m 48d
-
selisih = -00m 03d
e
05j 26m 12d = e + {(sel jam : 12) (-032)}
-00j 13m 45d
+ {(05j 26m 12d : 12) (-03’’)}
-00j 13m 45d
+ {(-01d)}
-00j 13m 46d
c.
rumus awal waktu
zhuhur
MP = 12j 00m 00d
– (e) + (Kwd) + i
MP = 12j00m 00d -
e
= -00j 13m
46d (-)
=
12j 13m 46d LMT
Kwd
00j 26m 12d (+)
= 12j 39m 58d WIB
i
=
00j 01m 02d (+)
MP = 12j 41m 00d WIB
2) awal ashar
a.
mencari data
yang diperlukan
φ
= 03˚ 39’
λ = 98˚ 27’ Timur
λ(i) = 105˚ Timur
δmh = ?
e = ?
hmh = ?
MP = 12j – (e)
b.
mencari δmh
(ambil saja pukul 08.00) = -16˚ 32’ 23’’
c.
mencari equation of time pukul : 08j 26m
12d
e
pkl 00j 00m = -13m
45d
e
pkl 12j 00m = -13m
48d
selisih = -00m 03d
e
pkl 08j 38m 36d = e pkl 00j – (sel
jam : 12) (sel e)
= -13m
45d + {(08j 26m 12d : 12) (-03’’)}
= 13m 45d + {(-02d)}
= 13m 45d + (-02d)
= 13m 47d
d.
mencari hmh
ashar dengan rumus
Cotan hmh = tan zm + i =
tan (φ-δ) + 1
|
= tan
{(03˚ 39’) – (-13˚ 47’)} + 1
= tan
{17˚ 26’} + 1
=
0,314020031 + 1
Cotan
hmh = 1,314020031
= 37˚
16’ 19’’
e.
mencari sudut
waktu (tmh) rumus = rumus ephemeris
Cos tmh= -tan φ tan δ + sec
φ sec δ sin h
|
-tan
(-03˚ 39’) = 0,0638 (x)
Tan
(-16˚ 32’ 23’’) = -0,2970 (=)
-Tan
φ tan δ = -0,0189
Sec
(-30˚ 39’) = 1,0020 (x)
Sec
(-16˚ 32’ 23’’) = 1,0432 (x)
Sin
(37˚ 16’ 19’’) = 0,6056 (=)
Sec
φ sec δ sin h = 0,6330 +
Cos
tmh 0,6141
tmh = 52˚ 06’ 48’’ : 15 =
03j 28m 27d
f.
rumus awal waktu
ashar
MP + tmh+ (Kwd) + i
|
Mpe = 12j 00m 00d
-00j 13m 47d
–
= 12j 13m 47d
LMT
T = 03j 28m
27d (+)
= 15j 42m 14d LMT
Kwd = 00j 26m 12d
(+)
16j 08m 26d WIB
i = 00j 01m 34d
(+)
= 16j 10m 00d
WIB
3) awal magrib
a.
mencari data
yang di perlukan:
ϕ
= 03˚ 39˚
λ = 98˚ 27’ Timur
λ(t) = 105˚ Timur
dmh = ?
e = ?
MP = 12j –(E)
b.
mencari δmh
(ambil saja pukul 11.00 = -16j 38’ 42’’
c.
cari equation of
time pukul : 11j 26m 12d
e
pkl 00j 00m = -13m
45d
e
pkl 12j 00m = -13m
48d
silisih = 00M 03D
E
pk1 11j26m12d
= e pk1 00j – (sel jam
: 12)(sel e)
=13m45d+{(11j26m12d:12)(-03H)
= -13m45d+{(-03d)}
= -13m45d
+ (-03d}
= -13m48d
d.
Mencari hm
Magrib dengan rumus
hmh
= (SD + R1 + D11)
SD
= -16m 18’
R’
= -34m 00’
D”
= -17m 00d
Hmh
= -010 07’ 18’’
Atau
ambil rata-rata sebesar -010.
e.
Mencari sudut
waktu (tmh) rumus = rumus ephemeris
Cos t mh = -tan
![]() ![]() ![]() ![]() |
-tan
(-030 39’) =
0,0638 (x)
Tan
(-160 38’ 42’’) =
-0,2990 (=)
-tan
=
0,0191

Sec
(-030 39’) =
1,0020 (x)
Sec
(-160 38’ 42” ) =
1,0437 (x)
Sin
(-010 07’ 18” ) = -0,0196 (=)
Sec
-0,0205 +

Cos t = -0,0014
t =
900 04’ 49’’
=
061 00m 19d
f.
Rumus awal waktu
magrib
MP = t + (kwd) + i
|
MP
= 12j 00mm 00d
e
= -00j 13m 48d-
=12j 13m 48d
LMT
T =
06j 00m 19d (+)
=18j 14m 07d
LMT
Kwd
= 00j 26m 12d (+)
=18j 40m 19d
WIB
I
= 00j 01m 41d (+)
=18j 42m 00d WIB
4) awal isya
a.
Mencari data
yang di perlukan :

l
= 980 27’ Timur
lw
= 1050 Timur
dmh
=
?
e = ?
hmh =
-180
MP = 12j
– (e)
b.
Mencari dmh
(ambil
saja pukul 13.00) = -160 38’ 24”
c.
Mencari equation
of time pukul : 13j 26m 12d
e
pkl 12j 00mm = -13m 49d
e
pkl 00j 00m = -13m 52d
selisih = -00m 03d
e
pkl 13j 26m 12d = e pkl 12j –(sel jam : 12)(sel e)
= -13m 49d + {(13j
26m 12d:24)(-03”)}
= -13m 49d + {(-02d)}
= -13m 49d + (-02d}
= -13m 51d
e.
Mencari sudut
waktu (tmh) isya dengan rumus
Cos
tmh = -tan
![]() ![]() |
-tan (-030
39’) = 0,0638 (x)
tan
(-160 38’ 24”) = -0,2988 (=)
-tan
= 0,0191

sec
(-030 39’) = 1,0020 (x)
sec
(-160 38’ 24”) = 1,0437 (x)
sin
(-180) = -0,3090 (=)
sec
= -0,3231 +

cos
t = -0,3040
t
= 1700 41’ 53” : 15
=07j
10m 48d
f.
Rumus awal waktu
isya
MP
+ i + kwd + i
|
MP = 12j 00m 00d
e
= -00j 13m51d
–
= 12j
13m 51d
= 07j 10m48d
(+)
19j 24m 33d
LMT
= 00j
26m 12d (+)
19j 50m 45d
WIB
= 00j
01m 08d (+)
19j 52m 00d
WIB
5)
awal shubuh
a.
Mencari data yang diperlukan:







e =
?




b.
Mencari
(ambil saja pukul 21.00)=
48’ 54”


c.
Mencari equation of time jam


e pkl
= -


e pkl
= -


selisih = -

e pkl
= e pkl
– (sel jam : 12) (sel e)


= -
+ { (
:21) (-03”)}


= -
+ { (-
) }


= -
+ (-
)


= -

d.
Mencari
shubuh dengan rumus

Cos
![]() ![]() ![]() ![]() ![]() ![]() |
-tan (-
39’) = 0,0638 (x)

tan (
48’ 54”) = -0,3022
(=)

-tan
tan
= -0,0193


sin (-20
) =
-0,3420 (:)

cos (-16
48’ 54”) = 0,9980
(=)

sin h:cos
: cos
= -0,3580
+


cos t = -0,3773
t =
10’00” : 15


e.
Rumus awal waktu shubuh
MP – t + kwd + i
|
MP = 

e = -
-


t =
(-)


kwd =
(+)


i =
(+)


6)
syuruq/terbit
a.
Mencari data yang diperlukan







e = ?



b.
Mencari
(ambil saja ukul 23.00) = -16
46’ 25”


c.
Mencari equation of time 

e pkl
= -


e pkl
= -


selisih = -

e pkl
- (sel jam :12) (sel e)

e pkl
= e pkl
– (sel jam : 12) (sel e)


= -
+ { (
:24) (-03”)}


= -
+ { (-
) }


= -
+ (-
)


-

d.
Mencari
syuruq = maghrib 01
07’ 18” atau -01



e.
Mencari
sudut waktu (
)
syuruq dengan rumus

Cos
![]() ![]() ![]() ![]() ![]() ![]() |
-tan (-
39’) = 0,0638 (x)

tan (
46’ 25”) = -0,3014
(=)

-tan
tan
= -0,01922


sin (-01
07’ 18”) = -0,0196
(:)

cos (-03
39’) = 0,9980
(=)

cos (-16
46’ 25”) = 0,9574
(=)

sin h:cos
: cos
= -0,0205
+


cos t = -0,3397
t =
16’30,87” : 15


f.
Rumus syuruq
MP – t
+ kwd + i
|
MP =


e = -
-


t =
(-)


kwd = 


i =
(+)


7)
awal waktu dhuha
a.
mencari data yang diperlukan







e =
?




b.
mencari
ambil saja pukul 00.00 = 16
29’ 09”


c.
mencari equation of time pukul:


e pkl
= -


e pkl
= -


selisih = -

e pkl
= e pkl
– (sel jam : 12) (sel e)


= -
+ { (
:12) (-03”)}


= -
+ { (-
) }


= -
+ (-
)


-

d.
mencari h dhuha = +12

e.
mencari sudut waktu (t)
dhuha dengan rumus
Cos
![]() ![]() ![]() ![]() ![]() ![]() |
-tan (-
39’) = 0,0638 (x)

tan (
46’ 25”) = -0,2959
(=)

-tan
tan
= -0,0189


sin (12
) = 0,2079 (:)

cos (-03
39’) = 0,9980
(=)

cos (-16
29’ 09”) = 0,9589 (=)

sin h:cos
: cos
= -0,2172
+


cos t = -0,2361
t =
20’37” : 15

= 

f.
rumus awal waktu dhuha
MP – t
+ kwd + i
|
MP = 

e =
-


t =
(-)

07j 34m 42d
kwd = 


i =
(+)


Berdasarkan hasil hisab sebagaimana diuraikan
diatas dapat dibuat jadwal shalat kota Binjai tanggal 3 Februari 2002 sebagai
berikut:
zhuhur
|
Ashar
|
magrib
|
isya
|
shubuh
|
syuruq
|
dhuha
|
12: 41
|
16: 10
|
18: 42
|
19: 52
|
05: 13
|
06: 32
|
07:36
|
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Sholat secara etimologi (lughat)
adalah عاء الد
yang artinya doa, secara terminologi (syara) sholat adalah ucapan dan perbuatan
yang diawali dengan takbir dan diakhiri dengan salam dengan syarat-syarat yang
ditentukan. Ayat di atas menerangkan tentang waktu shalat secara Ijmal (global).
Para mufassir berbeda pendapat tentang tafsir ayat “Kitaaban
Mauquutaa”. Ada dua pendapat :
Pertama, yang mengartikannya sebagai kewaiban saja tanpa ada embel-embel
waktu, Kedua, menyatakan “Kitaban Mauquta” bermakna waktu yang
ditentukan.
Waktu-waktu sholat mencangkup dhuhur,
ashar magrib isya, sunuh, imsak, terbit matahari dan dhuha. Waktu dhuhur
dimulai ketika tergelincirnya matahari sampai masuknya waktu ashar, waktu ashar
dimulai saat bayang-bayang suatu benda sudah sama panjangnya dengan benda itu
sampai tiba waktu magrib, waktu magrib dimulai ketika matahai terbenam sampai
datangnya waktu isya, waktu isya dimulai ketika hilangnya mega merah sampai
masuknya waktu shubuh, waktu shubuh dimulai ketika terbit fajar sampai terbit
matahari, waktu imsak dimulai saat cahaya kemerahan dilangit sampai matahari
terbit pada pagi hari atau setelah matahari terbenam pada sore hari, Matahari
terbit atau arunika adalah peristiwa waktu di mana sisi teratas Matahari
muncul di atas horizon
di timur,
waktu dhuha adalah waktu yang dimulai ketika matahari naik kira-kira setinggi
tiga tombak, dan berakhir ketika posisi matahari tepat berada di tengah-tengah
langit (istiwa).
perhitungan waktu
sholat di bagi menjadi dua:
1. epheremis
(t-
![]() |
2. nutika
a.
Zhuhur = MP- (e) (+ kwd) + i
b.
Ashar = MP-
(e) + t + (+ kwd) + i
c.
Maghrib = MP- (e) + t +
(+ kwd) + i
d.
Isya = MP- (e) + t
+ (+ kwd) + i
e.
Shubuh = MP- (e) + t + (+ kwd) + i
f.
Syuruq = MP- (e) + t
+ (+ kwd) + i
g.
Dhuha = MP-
(e) + t + (+ kwd) + i
B.
Saran
Tiada gading yang tak retak karena
sesungguhnya kesempurnaan itu hanya milik allah semata, kritik dan saran sangat
kami butuhkan untuk lebih maju kedepanya dan kami berharap makalah ini dapat
berguna bagi para pembacanya.
Daftar Pustaka
Al-Ghazi, Muhamad Qasim. 2011, Fathul
Qarib, Terj. Mumamad Utsman Surabaya: Al-Hidayah
Khazin, Muhyidin. 2005, Ilmu
Falak Dalam Teori Dan Praktek, Yogyakarta: Buana Pustaka
Thoha, Ahmadi. 2009, Astronomi Dalam Islam, Surabaya: Bina
Ilmu.
Zaman, Qomarus. 2012, Belajar
Mudah Ilmu Falak Kediri: Stain Kediri Press.
[1] Muhamad Qasim Al-Ghazi, Fathul Qarib,
Terj. Mumamad Utsman (Surabaya: Al-Hidayah, 2011), hl. 112
[2] Muhyidin Khazin, Ilmu Falak Dalam Teori
dan Praktek (Yogyakarta: Buana Pustaka, 2005), hl.35
[3] Ahmadi Thoha, Astronomi Dalam Islam
(Surabaya: Bina Ilmu, 2009), hl. 145
[4] Qomarus Zaman, Belajar Mudah Ilmu Falak
(Kediri: Stain Kediri Press, 2012), hl.45
gambarnya gaada
BalasHapus